JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meluapkan kekesalannya kepada para pejabat Kementerian Hukum dan HAM saat memberikan arahannya terkait kasus kaburnya tahanan Rutan Klas IIB atau Rutan Sialang Bungkuk di Pekanbaru, Riau.
Yasonna sesekali berbicara dengan nada tinggi di acara pengarahan yang dihadiri sejumlah Kepala Divisi Pemasyarakatan, Kepala Kantor Wilayah, Kepala UPT, pejabat eselon Kemenkumham.
Sebelum memberi sambutan, diputar video Yasonna mengunjungi rutan tersebut dan mendengar keluhan tahanan.
(baca: 442 Tahanan Kabur, Kepala Rutan Dicopot, Kakanwil Kemenkum HAM Riau Dievaluasi)
Yasonna menyebut, tahanan di rutan tersebut diperlakukan tidak dengan manusiawi. Ia sampai menyebut makanan untuk para tahanan di sana seperti makanan untuk hewan.
"Itu yang bikin saya marah. Memberi makan seperti anjing. Ini jaman 70 setelah Indonesia merdeka," kata Yasonna di Graha Pengayoman, Kemenkumham, Jakarta, Rabu (10/5/2017).
Yasonna juga menunjukan adanya pembiaran terhadap tahanan yang menderita korengan kaki di rutan tersebut.
(baca: 155 Tahanan Masih Buron, Warga Pekanbaru Aktifkan Siskamling)
Tahanan tersebut dibiarkan hidup di rutan tanpa dibantu pengobatan ke rumah sakit.
Yasonna menyesalkan tidak adanya inisiatif pihak rutan untuk membawa tahanan itu berobat ke rumah sakit pemda dengan BPJS.
"Coba lihat orang yang kakinya korengan itu enggak dibawa berobat," ujar Yasonna.
Dia juga mengungkap pungli yang terjadi di lapas tersebut. Untuk tahanan pindah dari suatu blok, misalnya, harus membayar.
(baca: Menkumham Minta Polri Usut Oknum Pungli di Rutan Pekanbaru)
Ada tahanan yang dititipikan di suatu ruangan isolasi, dan untuk pindah tahanan tersebut harus membayar pungli ke petugas.
"Kalau enggak bayar, di situ terus sampai berbulan-bulan. Sadis banget. Oleh karena itu manusia seperti itu (yang pungli) tidak layak, harus dipecat," ujar Yasonna.
Yasonna heran sudah diperlakukan tidak manusiawi, tahanan juga diekploitasi dengan pungli.
Ia tak mau kondisi tahanan yang over kapasitas dijadikan modus untuk melakukan pungli.
"Bahwa kita over kapasitas, iya, sudah pasti itu. Tapi kalau kita masukan sistem itu dan jadikan alat eksploitasi, no!" ujar Yasonna.
Ia juga kesal karena rutan tersebut tidak punya data jelas soal berapa tahanan yang mereka miliki.
Ia merasa, pengarahan yang dilakukan terhadap jajarannya selama ini seolah sia-sia karena tidak diimplementasikan.
"Percuma kita pengarahan melalui live streaming, melalui control room kita sampai ke daerah. Tapi tidak berubah apapun," ujar Yasonna.
Ia meminta semua jajarannya tidak main-main lagi sehingga kasus seperti di Riau tidak terulang. Ia menyatakan tidak segan memberikan sanksi tegas.