Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Evaluasi Sektor Keamanan dan Pertahanan

Kompas.com - 02/05/2017, 18:39 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Imparsial Al Araf menilai, pemerintah perlu melakukan evaluasi sektor pertahanan dan keamanan, salah satunya terkait reformasi di tubuh TNI.

Al Araf menyatakan, reformasi di tubuh TNI harus dilakukan agar sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat poros maritim Indonesia.

"Pemerintah perlu mengevaluasi sektor pertahanan dan keamanan yang saya lihat tidak banyak berubah sejak masa reformasi," ujar Al Araf dalam diskusi bertajuk 'Evaluasi Bidang Pertahanan dan Menimbang Pergantian Panglima TNI dan Menhan' di kantor Imparsial, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2017).

(Baca: Demi Jakarta Aman, Panglima TNI Siap Jadi Terdakwa)

Al Araf memandang kebijakan TNI di bawah kepemimpinan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo cenderung berorientasi pada restrukturisasi komando teritorial dan tidak sejalan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

Sementara di sisi lain, kata Al Araf, kebijakan terkait matra laut dan udara terkesan tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Dia mencontohkan pembentukan dua Kodam baru yakni Kodam Merdeka di Sulawesi Utara dan Kodam Kasuari di Papua Barat.

"Kebijakan umum pertahanan tidak mencerminkan gambaran yang utuh sehingga orientasi pertahanan masih dominan ke darat, padahal agenda pemerintah membangun kekuatan maritim," tutur Al Araf.

"Sudah sepatutnya pembangunan kekuatan AU dan AL menjadi prioritas demgan tidak meninggalkan AD," ujar dia.

(Baca: Di Kompleks TNI Tetap Dilarang Dirikan TPS)

Di sisi lain, Al Araf berpendapat bahwa pergantian posisi Panglima juga penting bagi penyegaran dan pembenahan di internal TNI.

Sejak 2013 Panglima TNI berasal dari angkatan Darat. Pada 2013 hingga 2015, Panglima TNI dijabat oleh Jenderal Moeldoko.

Kemudian pada Juli 2015, Presiden Jokowi melantik Jenderal Gatot Nurmantyo. Sedangkan UU TNI mensyaratkan adanya rotasi antar matra terkait posisi panglima.

Kompas TV Terkait tulisan Allan Nairm, Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, ia tidak ingin terlibat dalam urusan yang menurutnya kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com