Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Megawati Lelah dan Ingin Pensiun...

Kompas.com - 04/04/2017, 08:00 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

Kompas TV Panasnya iklim politik pasca Twitter yang beberapa kali dilontarkan presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, tampaknya belum juga reda. Kali ini, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang ikut berkomentar. Sentilan yang dilontarkan Megawati dilontarkan saat pelepasan para peserta napak tilas sang proklamator di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Kepada para peserta didik, Megawati meminta mereka untuk tidak sering-sering bermain Twitter. Saat ditanya maksud pesannya, Megawati hanya tersenyum.

Hasto membantah bahwa ada ketergantungan atau patronise partai dengan adanya Megawati.

PDI-P memang memiliki kultur organisasi yang menempatkan Megawati mampu memberikan arah pergerakan, namun bukan berarti mutlak seperti titah raja kepada hulu balangnya.

(Baca: Cerita Megawati yang Terus Jadi Ketum PDI-P dan Keinginan Pensiun)

Hasto menegaskan, ruang implementasi instruksi Megawati sangat luas.

"Sebagai contoh, berbagai bentuk kreativitas dalam penjaringan dan penyaringan calon kepala daerah, itu murni proses yang berasal dari bawah. Hanya ketika terjadi dinamika politik yang cukup besar, di situlah Ibu Mega hadir," ujar Hasto.

"Di Jakarta, ketika ada dinamika eksternal yang mencoba memisahkan antara Pak Ahok dan kemudian membenturkan dengan kader internal partai lain, Ibu Mega turun tangan dan mengatakan, 'Saya mencalonkan Pak Ahok'," lanjut dia.

Mega dibutuhkan di saat-saat kritis.

Bagi Hasto, yang terpenting bagi PDI-P, Megawati melakukan kaderisasi kepemimpinan secara masif dan penuh terobosan.

Megawati memberikan ruang bagi sosok muda untuk berkarya di partainya.

Salah satu terobosan, kata Hasto, PDI-P adalah satu-satunya partai politik yang memiliki sekolah bagi calon kepala daerah.

Selain itu, proses seleksi kader PDI-P menggunakan psikotest.

"Hanya PDI-P yang mengadakan (sekolah calon kepala daerah). Lalu kemudian seleksi melalui psikotest. Sampai saat ini, kami punya data ada 18.234 kader yang telah di-psikotest. Sehingga itu merupakan sebuah gagasan yang genuine dari sosok Ibu Megawati," ujar Hasto.

Sinyal regenerasi kepemimpinan

Pengamat politik CSIS J Kristiadi memaknai pernyataan Megawati soal pensiun sebagai sinyal kepada kaum muda PDI-P untuk bersiap diri mengambil alih kepemimpinan partai.

"Maknanya, 'Siap-siap loh. Eh, kamu tuh jangan cuma menjadi penderek saya terus. Kamu siap-siap deh'. Para kader muda juga cepat lambat akan menggantikan itu semua dan beban itu tidak ringan," ujar Kristiadi.

Pakar psikologi politik Hamdi Moeloek menilai, sinyal pensiun yang diberikan Megawati sangat positif bagi demokrasi di Indonesia.

Demokrasi di Indonesia, kata Hamdi, menuju 'gerontokrasi' di mana elit-eilt politik dihuni kaum tua.

Sebut saja partai-partai mapan seperti Demokrat, Golkar, Nasional Demokrat, dan Hanura yang ketua umumnya yang sudah berusia.

"Regenerasi. Peremajaan partai politik. Mudah-mudahan ini (pernyataan Megawati akan pensiun) diikuti lagi oleh partai-partai yang lain," ujar Hamdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com