Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah DPD Berpotensi Melanggar Hukum

Kompas.com - 03/04/2017, 09:00 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

Kompas TV Politisi Jadi Anggota DPD? (Bag 3)

"Kemudian diberlakukan retroaktif. Berarti melanggar UUD 1945. Jadi saya kira tidak akan mau melanggar UUD. Harus patuh putusan MA," ujar dia.

Putusan MA harus dijalankan

Guru Besar Tata Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas, Saldi Isra, menegaskan putusan MA sudah final dan tak bisa dilakukan upaya hukum lainnya.

Jika DPD menghormati hukum, maka putusan tersebut harus dilaksanakan.

"Putusannya kan jelas, membatalkan tatib yang 2017 kan, nah suah artinya mereka sekarang harus kembali dengan tatib lama. Tidak ada alasan untuk memperpendek masa jabatan pimpinan itu," ujar Saldi, saat dihubungi, Minggu.

"Masa lembaga negara tidak menghormati putusan judicial review? Itu kan berbahaya kalau lembaga seperti itu," lanjut dia.

Adapun mengenai kesalahan tulis pada putusan, Saldi menilai bukan hal prinsip. Kesalahan tersebut juga sudah diketahui oleh MA dan akan diperbaiki.

"Clerical error kan biasa saja. Walaupun kita harus kritik juga MA harusnya tidak boleh terjadi yang seperti itu. Tapi tetap saja tidak membatalkan substansi putusan JR," kata dia.

Masalah lainnya muncul. Masa jabatan Ketua DPD Mohammad Saleh sesuai Surat Keputusan (SK) pengangkatan berakhir tanggal 31 Maret 2017 karena ia diangkat saat tatib 2,5 tahun sudah diberlakukan.

Sedangkan dua pimpinan DPD lainnya, GKR Hemas dan Farouk Muhammad dalam Surat Keputusan (SK) pengangkatannya menjabat selama 2014-2019.

Saldi menilai, pemilihan bisa saja dilakukan namun hanya untuk memilih pengganti Saleh.

Penggantinya harus dari wilayah Barat, sesuai wilayah Saleh.

"Saya enggak baca (SK-nya). Tapi kalau benar, ya dipilih Barat saja untuk menggantikan Saleh. Dua pimpinan lainnya tidak perlu, tidak bisa. Mereka tetap terus memimpin," ujar Saldi.

Ia menilai, DPD terlalu sering meributkan hal-hal tidak jelas. Padahal, menurut dia, wajar jika putusan pengadilan tak bisa memuaskan semua pihak.

Perdebatan politik seharusnya selesai setelah hukum memutuskan.

"Harusnya ikuti lah putusan MA. Ngapain mereka ribut? Coba kalau paksakan milih pimpinan baru, masa MA mau melantik? Mengangkangi putusannya sendiri," ujar Saldi.

"Kalau institusi seperti DPD saja enggak patuh hukum bagaimana rakyat mau diharapkan patuh terhadap hukum," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com