Dia memperjuangkan gerakan sosial dan lembaga swadaya masyarakat, tetapi sendiri tidak ikut masuk ke kondisi Indonesia pasca-Reformasi 1998.
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya Pr (6 Mei 1929-10 Februari 1999) dengan sosok rambut awut-awutan (tidak tertata) dan janggut putih, selalu tertawa lebar, tidak lagi dikenal orang-orang muda yang lahir pada tahun 2000-an.
Tetapi, niscaya gerakan sosial dengan ciri khas keberpihakannya kepada yang miskin, tertindas, dan terpinggirkan memberi inspirasi perjuangan menemukan jati diri manusia yang bermartabat.
Upaya mengembangkan inspirasi di antaranya lewat berbagai cara, di antaranya lewat Forum Mangunwijaya yang tahun ini sudah yang ke-12.
Setelah novel Romo Mangun karya Sergius Sutanto (2016) di antaranya, mungkinkah sebuah film, misalnya, sebagai kelanjutan upaya menimba inspirasi keberpihakannya, dan jauh dari maksud kultus individu? (ST SULARTO)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2017, di halaman 12 dengan judul ""Mlarat ning Ningrat"".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.