Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona SBY yang Dinilai Pudar dan Rasionalnya Pemilih Jakarta

Kompas.com - 16/02/2017, 09:57 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 2017 mulai terlihat meski belum diumumkan secara resmi oleh KPUD DKI Jakarta sebagai penyelenggara.

Berdasarkan hasil hitung cepat Litbang Kompas, pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang sempat berada di peringkat pertama pada survei awal justru merosot perolehan suaranya.

Hasil akhir hitung cepat Litbang Kompas menunjukkan Agus-Sylvi hanya memperoleh 17,37 persen suara.

Sementara itu, posisi pertama dan kedua masing-masing diduduki oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat dengan perolehan 42,87 persen suara serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan perolehan 39,76 persen suara.

Dukungan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada menit-menit akhir kampanye tidak membuahkan hasil.

Kehadiran SBY yang cukup intensif di kampanye Agus-Sylvi pada hari-hari terakhir, baik di kampanye akbar maupun media sosial, nyatanya belum mampu mendongkrak perolehan suara Agus-Sylvi.

"Saya ini sebetulnya seorang veteran. Saya dulu berdiri di panggung kampanye pada pemilihan presiden tahun 2004 dan 2009. Mestinya, saya sudah pensiun. Tetapi, mengapa kali ini saya turun gelanggang karena saya melihat situasi yang memprihatinkan. Situasi Jakarta dan situasi Tanah Air kita," kata SBY pada apel siaga Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (4/2/2017).

Bahkan, intensitas kicauan SBY di Twitter juga belum mampu menghasilkan banyak hal. Begitu pula beberapa konferensi pers yang digelarnya sehari sebelum pemungutan suara untuk Pilkada DKI berlangsung.

Upaya menggalang simpati yang ditebar lewat penyamaan karakter antara dia dan putra sulungnya yang kerap difitnah juga tak berefek pada hari H di TPS.

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris, menilai, ada dua hal yang tengah terjadi, yakni memudarnya pesona SBY dan rasionalnya pemilih di Jakarta.

"Keduanya terjadi dan Agus-Sylvi akhirnya merasakan. Padahal, sebelum debat mereka tinggi surveinya, tetapi setelah debat merosot. Itu bukti masyarakat Jakarta rasional," kata Syamsuddin saat dihubungi, Kamis (16/2/2017).

Ia menilai, meskipun SBY mengklaim telah berhasil memimpin Indonesia selama dua periode, dan hal itu seolah juga akan dilakukan anaknya di Jakarta, masyarakat Jakarta pada akhirnya membandingkannya dengan kinerja Presiden Joko Widodo selama 2,5 tahun ini.

"Dari situ masyarakat, khususnya yang di Jakarta, bisa menimbang klaim SBY yang disampaikan semasa kampanye Agus-Sylvi," tutur Syamsuddin.

(Baca juga: Pernyataan dan "Tweet" SBY Dinilai Pengaruhi Elektabilitas Agus-Sylvi)

Terlebih lagi, kata Syamsuddin, masyarakat Jakarta menyaksikan sendiri program yang ditawarkan masing-masing pasangan calon saat debat.

Ia menganggap program yang ditawarkan Agus-Sylvi bisa jadi dinilai tidak solutif dan tidak konkret.

"Makanya, kalau kita lihat kan penentunya saat debat. Ini pesan bagi para politisi kalau era pencitraan sudah berlalu. Pemilih, khususnya di Jakarta, semakin rasional," kata dia.

Kompas TV Hasil suara versi quick count yang ketat semakin memperjelas adanya peta persaingan dari ketiga pasangan calon selama berkampanye hingga pemungutan suara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com