Sebab sebagai ahli hukum tata negara, Mahfud sempat membahas pertanahan dalam bagian disertasinya.
Sementara bidang pertahanan, tak pernah sekalipun dibahas pada studi Mahfud.
"Sehingga saya bilang, Bapak Presiden masa mau ada Menteri Pertanahan lagi. Kan sudah dibubarkan itu. Yang terakhir bapak Hasan Basri Durin. Apa sekarang mau dihidupkan lagi dan mau diserahkan ke saya?" kata Mahfud menirukan pembicaraannya dengan Gus Dur saat itu.
(Baca: Meneladani Sikap Sabar dan Memaafkan dari Gus Dur)
Gus Dur lantas menjawab, dirinya menunjuk Mahfud sebagai Menteri Pertahanan, bukan pertanahan.
Mendengar jawaban Gus Dur, Mahfud keberatan. Dia merasa tak memiliki pengalaman di bidang militer.
Apalagi ia mengaku takut dan trauma karena ayahnya pernah mengalami pengalaman yang tak mengenakan dengan tentara.
Mahfud sempat menawarkan diri untuk menjadi menteri di bidang yang pernah ia dalami. Saat itu ia menawarkan diri untuk mengisisi posisi Menteri Hukum atau Sekretaris Kabinet.
Namun Gus Dur menjawab dua posisi itu sudah diisi, masing-masing diisi oleh Yusril Ihza Mahendra dan Marsillam Simanjuntak.
"Terus Gus Dur bilang ke saya, 'lho Pak Mahfud kan profesor. Saya aja jadi presiden bisa padahal enggak punya pengalaman tapi bisa jadi presiden. Masak Pak Mahfud jadi Menteri Pertahanan enggak bisa," ujar Mahfud diselingi tawa.
(Baca: Sosok Gus Dur di Mata Penyair Joko Pinurbo...)
Lantas saat itu, Alwi Shihab yang juga ikut hadir dalam pertemuan itu, memberi isyarat kepada Mahfud agar menerima tawaran Gus Dur untuk menjadi Menteri Pertahanan.
"Pak Alwi itu kan orang dekatnya Gus Dur. Ia memberi isyarat ke saya berkedip sambil mengangguk. Akhirnya saya terima saja," ucap Mahfud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.