JAKARTA, KOMPAS.com - Para anak buah kapal Naham 3 sedang beristirahat, malam itu, Senin, 26 Maret 2012.
Sebagian dari mereka, merebahkan badan, bahkan ada yang tertidur setelah seharian bekerja di atas perairan Seychelles.
Cerita dimulai saat tembakan terdengar. Para ABK yang terdiri dari banyak bangsa ini sontak terbangun mencari sumber suara.
Tembakan membabi buta itu diarahkan ke ruang nahkoda kapal. Kapten kapal langsung tewas setelah terkena tembakan di leher.
Berondongan peluru tersebut ternyata dilepaskan perompak yang menaiki kapal berbendera Oman itu.
Total 26 ABK, lima di antaranya dari Indonesia lari tunggang langgang. Yang ada di pikiran mereka, menyelamatkan diri, menghindar dari peluru dan mata perompak.
(Baca: Empat WNI Bebas Setelah Disandera 4,5 Tahun oleh Perompak Somalia)
"Kami lari kemana saja yang penting tidak terlihat perompak Somalia," kata Sudirman, salah seorang ABK asal Indonesia, di ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (31/10/3/2016).
Para ABK lainnya yang berasal dari Indonesia, Filipina, Kamboja, Taiwan, China, dan Vietnam, menjadi sandera perompak Somalia sejak malam itu.
Selama 1,5 tahun 26 ABK berada di atas kapal dan selama tiga tahun berada di dataran Somalia.
Sudirman mengaku, tidak banyak kegiatan yang dilakukan para ABK saat ditawan di Somalia. Yang paling sering hanya mencari kayu bakar.
Bagi Sudirman dan ABK lainnya, hujan merupakan anugerah Tuhan yang sangat berarti. Air hujan mereka mimpikan karena sulitnya mendapat air bersih.
"Di Somalia jarang sekali hujan. Hujan dua kali dalam setahun saja sudah mukjizat. Kami menggali tanah untuk menampung air hujan," ucap Sudirman.
Air minum yang diberikan oleh perompak tidak layak dikonsumsi. Air minum untuk para sandera tercampur dengan kotoran unta dan tanah.
Menurut Sudirman, para sandera diberi jatah setengah liter air minum per hari. Aturan tersebut berlangsung selama masa penyanderaan.
Masalah tak cuma di air minum, tapi juga makanan sehari-hari yang jauh dari layak. Roti basi hampir menjadi satu-satunya menu bagi para sandera.
(Baca: Kemenlu Serahkan ABK yang Disandera Perompak Somalia kepada Keluarga)
Jika beruntung, malam hari para perompak menyuguhkan kacang merah.
"Malam hanya nasi dengan kacang merah. Itu juga kalau ada. Kalau tidak ada lauk kami minta teh. Makanya banyak dari kami yang kena diare," kata Sudirman.
Sudirman menyebutkan, keadaan itu membuat para sandera berusaha memenuhi rasa laparnya dengan memakan apa yang dapat ditemui.
ABK dari negara lain, kata dia, memakan tikus atau kucing liar. Ternyata hal itu juga mengandung risiko.
Para sandera sempat melawan dengan mogok makan. Satu-satunya perlawanan itu dilangsungkan setelah ABK asal Kamboja ditembak di bagian kaki.
Awalnya, ABK asal Kamboja meminta izin untuk buang air besar. Umpatan sempat keluar dari perompak Somalia.
Bertahun-tahun lamanya menetap membuat ABK mengerti bahasa setempat. Umpatan dibalas dengan umpatan.
Karena kesal, si perompak menembak kaki ABK asal Kamboja.
(Baca: Kemenlu: Kepercayaan Keluarga Penting dalam Pembebasan Sandera di Somalia)
"Beruntung peluru tidak menembus tulang. Ada semacam tim dokter tapi obat tidak memadai. Akhirnya dia bisa sembuh setelah beberapa Minggu tidak bisa jalan. Kami tidak terima teman kami diperlakukan begitu. Kami mogok makan," kata Sudirman.
Selain Sudirman, ABK asal Indonesia lainnya adalah Supardi (34) asal Cirebon, Jawa Barat; Adi Manurung (32) asal Medan, Sumatera Utara; dan Elson Pesireron (32) asal Seram, Ambon.
Satu ABK asal Cirebon tidak sempat menginjakkan kaki ke tanah air. Ia meninggal di Somalia diduga karena sakit malaria pada 2014.
Sudirman masih tidak percaya bisa bertemu dengan keluarganya kembali.
Di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Senin (31/10/2016), Sudirman dan kawan-kawan bertemu lagi dengan keluarga.
(Baca: Ini Kronologi Pembebasan 4 WNI yang Disandera Perompak Somalia Selama 4,5 Tahun)
Isak tangis pecah seketika. Peristiwa itu membuat haru biru siapapun yang melihatnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sempat terlihat lihat menyeka air matanya. Mewakili ABK lainnya, Sudirman mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang terus berusaha membebaskan warga negaranya.
"Saya bangga jadi WNI. Di mana saat terjadi masalah pemerintah tetap bantu," ucap Sudirman.