Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puan: Saat Masuk Kantor Resepsionisnya Senyum, Itu Juga Revolusi Mental

Kompas.com - 24/10/2016, 17:34 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koodinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bicara soal implementasi revolusi mental setelah dua tahun Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintah. 

Puan menjelaskan, revolusi mental awalnya didengungkan Presiden pertama RI, Soekarno.

Soekarno saat itu ingin revolusi mental sebagai gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia sehingga menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat bak elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala.

Semangat itu, kata dia, kembali dikobarkan pemerintahan Jokowi, lewat gerakan nasional revolusi mental.

"Revolusi mental itu adalah gerakan antara pemerintah dan masyarakat. Karenanya diperlukan partisipasi untuk seluruh masyarakat untuk bisa melakukan integritas, etos kerja, dan yang paling penting adalah dilakukan bergotong royong," ujar Puan dalam press briefing "Dua Tahun Jokowi-JK" di Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/10/2016).

Puan kemudian mencontohkan implementasi revolusi mental di sejumlah kementerian yang berada di bawah Kemenko PMK. 

Kementerian Agama, indikatornya adalah peningkatan kualitas pelayanan haji. Di Kementerian Sosial, yakni dengan memberikan bantuan kepada masyarakat baik secara tunai maupun non-tunai.

(Baca: Kata Seskab soal Kritik Fahri Hamzah Ihwal Revolusi Mental)

Selanjutnya, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terlihat dari hasil pendidikan yang dicapai para murid.

"Siswanya itu kemudian lulus semua dengan baik, karena nyontek atau enggak nyontek, itu adalah salah satu dari integritas yang dilakukan setiap sekolah," kata dia.

Begitu juga di Kementerian Desa. Puan mengatakan, gerakan nasional revolusi mental, diartikan dalam upaya pemerintah membuat embung dan sanitasi yang baik.

Selain itu, pembuatan sistem pengairan yang bersih dan baik.

Sementara di Menko PMK, lanjut Puan, gerakan revolusi mental tercermin dalam setiap kegiatan harian.

Misalnya, menyelesaikan tugas dengan waktu maksimal 12 jam. Selain itu, kondisi kantor yang bersih.

"Kalau bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian bisa datang ke kantor ke Kemenko PMK, bisa lihat alhamdulillah kantor Kemenko PMK saat ini bersih, tanamannya tertata dengan baik dan hijau," kata Puan.

(Baca: Jokowi Tidak Suka Revolusi Mental Sebatas Jargon dan Omongan)

"Ini bukan saya sampaikan karena subyektifitas saya, tapi memang banyak tamu yang datang ke kantor Kemenko PMK menyatakan bahwa kantor Kemenko PMK itu pelayanannya seperti bank swasta katanya. Bahkan baunya harum, toiletnya bersih," tambah politisi PDI-P tersebut.

Menurut Puan, revolusi mental tidak bisa diartikan pada suatu hal yang besar saja, tetapi termasuk juga hal-hal lain karena bermula dari hal kecil, seperti soal kebersihan dan kesopanan.

"Saat masuk, resepsionisnya senyum, harus menyampaikan salam selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan kemudian bisa mengantar ke mana yang diperlukan, itu juga salah satu gerakan nasional revolusi mental," kata dia.

Puan meminta sara dari berbagai pihak agar revolusi mental ini terus menjadi gerakan perubahan.

(Baca: Dua Tahun Pemerintahan Jokowi, Fahri Hamzah Anggap Revolusi Mental Sebatas Retorika)

Menurut dia, gerakan revolusi mental tidak cukup jika hanya dilakukan dalam kurun waktu singkat.

"Karena memang selama Republik ini masih ada, selama itu pun gerakan revolusi mental bisa terus dilakukan," ujarnya.

Kompas TV BPJS Deklarasikan Gerakan Revolusi Mental
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com