Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penambang Ilegal Bisa Jadi Bencana Bagi Negeri Ini

Kompas.com - 13/10/2016, 07:56 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


Operasi penertiban besar-besaran Peti baru terlaksana pada 18 -19 September 2015 dengan melibatkan sekitar 2700 personil gabungan Polri, TNI dan Satpol PP kota Bogor. Karena sudah melakukan pendekatan terlebih dahulu secara terintegrasi, penertiban pun berjalan lancar tanpa adanya perlawanan.

"Gubuk dan mesin gelundung untuk penambangan liar yang telah dibongkor petugas, dibawa keluar sendiri oleh para Peti dari area ijin usaha produksi Antam," kata Gede.

Masa depan Gunung Pongkor

Pasca penertiban, perbaikan lingkungan perlahan-lahan mulai terlihat di kawasan Gunung Pongkor. Salah satunya adalah air Sungai Cikaniki yang dahulu keruh dan tercemar kini sudah nampak jernih.

Gede Gunawan pun memaparkan kalau saat ini pihaknya sedang bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan pembibitan ikan di sekitar sungai. Caranya dengan membuat keramba-keramba di sepanjang aliran sungai tersebut.

"Dengan begitu masyarakat sekitar bisa memanfaatkan sungai untuk kelangsungan hidup mereka," papar Gede.

Selain sungai, tambah Gede, keseriusan UBPE Antam Pongkor merehabilitasi lingkungan yang rusak akibat penambangan emas juga dilakukan dengan Green Fine Agregate (GFA). Dengan GFA hasil tailing atau sisa mineral yang tak jadi emas bisa diolah menjadi produk ramah lingkungan.

Dokumentasi Humas Antam UBPE Pongkor Pabrik GFA Antam UBPE Pongkor mengolah hasil tailing atau sisa mineral yang tak jadi emas menjadi genteng, paving blok, beton, keramik dan berbagai jenis kerajinan tangan

"Tailing itu kalau diamkan saja akan menumpuk dan berpotensi mencemarkan lingkungan. Dengan kami bangun pabrik GFA maka hasil tailing tadi kami detoks sampai hilang sianidanya sehingga dapat dijadikan genteng, paving blok, beton, keramik dan berbagai jenis kerajinan tangan," tutur Gede yang juga telah berhasil membawa UBPE Antam Pongkor meraih penghargaan Dharma Karya Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2016.

Penghargaan tersebut diberikan Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) sebagai apresiasi kepada individu atau perusahaan yang mampu melakukan inovasi di bidang pertambangan.

Nah, untuk memastikan Peti tak kembali lagi ke sana, tutur Gede, pihaknya telah pula menyiapkan rencana perubahan Antam UBPE Pongkor menjadi objek wisata agroedutourism. Rancangan tersebut akan terwujud ketika tambang emas Pongkor memasuki fase pasca-tambang.

"Diperkirakan cadangan emas di Pongkor akan habis dan eksplorasinya akan berakhir pada 2019," ujar Gede.

Oleh karena itu, lanjut dia, nantinya lokasi bekas tambang Antam Pongkor akan menjadi objek wisata. Masyarakat setempat juga akan dilibatkan sehingga bisa membawa pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Thinkstock Ilustrasi terowongan bawah tanah penambangan emas

"Kita sudah punya tunnel atau terowongan bawah tanah hasil penambangan sehingga bisa menjadi objek wisata yang menarik. Dengan masuk ke tunnel orang juga bisa mengerti kondisi geologi sebuah tambang emas sehingga bisa tahu emas ada di lapisan tanah yang mana," ujar Gede.

Dia berharap, rehabilitas ilingkungan di wilayah pertambangan dan penyelesaian penambangan liar secara damai tak hanya terjadi di Gunung Pongkor. Pasalnya, beberapa daerah di Indonesia juga memiliki permasalahan yang sama seperti di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com