JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno merespons hasil survei Poltracking Indonesia yang menyebutkan jika Tri Rismaharini dipasangkan dengan Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017, maka elektabilitasnya akan mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama jika dipasangkan dengan Heru Budi Hartono.
Hendrawan mengatakan, survei itu seharusnya tak hanya menjajaki elektabilitas Risma jika diduetkan dengan Sandiaga.
"Tadinya kami pikir dibuat yang lain lagi. Misalnya Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan. Biem Benyamin atau Boy Sadikin," kata Hendrawan, saat dihubungi, Jumat (16/9/2016).
PDI-P menyambut baik hasil survei tersebut. Namun, Hendrawan mengingatkan, agar lembaga survei tak menggunakan hasil surveinya untuk memengaruhi parpol.
"Biar lah parpol memutuskan sesuai jati diri dan keyakinannya," kata Anggota Komisi XI tersebut.
(Baca: Survei Poltracking: Risma Bakal Jadi Lawan Berat Ahok)
Saat ditanya kapan PDI-P akan mengumumkan pasangan yang akan diusungnya dalam Pilkada DKI, ia memastikan sesuai jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum.
"KPU pendaftarannya tanggal 23. Berarti kami harus mengikuti schedule," ujar Hendrawan.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha memaparkan, elektabilitas calon petahana menunjukkan angka 40,77 persen.
Sementara itu, untuk Risma, hanya 13,85 persen.
Dalam survei itu, Poltracking membuat simulasi pasangan calon kepala daerah yang akan maju pada Pilkada DKI.
Ketika Ahok berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat, elektabilitasnya lebih tinggi dibandingkan Yusril Ihza Mahendra-Sandiaga Uno.
Persentase perbandingan menunjukkan angka 44,62 persen berbanding 35,38 persen.
(Baca: Survei Poltracking: Elektabilitas Ahok-Heru Bakal Keok Lawan Risma-Sandiaga)
Demikian pula saat Ahok-Djarot disimulasikan melawan Sandiaga-Saefullah; Ahok-Djarot meraih dukungan 41,54 persen, sedangkan Sandiaga-Saefullah hanya meraih 27,18 persen.
Namun, ketika Ahok dipasangkan dengan Heru Budi Hartono dan kemudian disimulasikan melawan Risma-Sandiaga, sepasang calon petahana itu harus siap mengakui kekalahan.
Elektabilitas mereka tertahan di 36,92 persen, sementara pesaingnya unggul di 38,21 persen.
“Ini berarti, jika sosok Risma maju, maka ia akan menjadi lawan berat bagi petahana,” ujar Hanta.