Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Nyata dari Dunia Maya

Kompas.com - 30/08/2016, 20:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Awal Agustus 2016, polisi menangkap enam terduga teroris anggota Katibah Gonggong Rebus di Batam. Mereka merencanakan aksi teror ke Singapura. Kelompok ini menggunakan jalur siber untuk direkrut dan merekrut, mengakses materi-materi pelatihan, hingga merencanakan aksi.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, saat merencanakan aksi teror di Singapura, kelompok Katibah Gonggong Rebus (KGR) berkomunikasi melalui Facebook dengan Bahrun Naim, salah seorang pemimpin sayap militer Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) asal Indonesia.

Kasus itu menunjukkan bahwa dunia siber telah menjadi domain baru gerakan teroris. Pemetaan jaringan teroris tidak lagi selalu harus berkaitan dengan kelompok besar, seperti Al Qaeda atau NIIS. Ada kelompok-kelompok bahkan individual yang sama radikal dan berbahayanya yang tercipta hanya lewat interaksi di media sosial.

Tindakan IAH (17) meledakkan sesuatu yang diduga bom dan melakukan percobaan pembunuhan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, hari Minggu lalu, ditengarai dipicu oleh video NIIS yang dia tonton, terutama mengenai serangan teror NIIS di Paris, November 2015.

Seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi, modus kegiatan teroris di dunia siber menjadi kian kompleks. NIIS dengan efektif menggunakan media sosial untuk merekrut anak-anak muda. Untuk meningkatkan kemampuan teknis hasil rekrutmen itu juga dilakukan pelatihan lewat media sosial. Mereka yang berangkat ke Suriah dan Irak untuk perang kemudian pulang untuk melakukan gerakan yang sama.

Modus yang lain, kelompok-kelompok dan individu di sejumlah tempat menyatakan kesetiaannya kepada NIIS. Setelah itu mereka lalu mengadakan aksi/serangan. Meski sebagian dari serangan kelompok ini umumnya terlihat masih dengan kemampuan rendah, perkembangannya di masa depan harus diwaspadai.

Pembiayaan

Dalam pertemuan Regional Risk Assessment on Terrorism Financing 2016 South East Asia and Australia di Bali, pertengahan Agustus lalu, disebutkan bahwa Indonesia masuk dalam kategori sangat terancam. Saat ini ada 568 orang Indonesia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan NIIS. Sebanyak 183 orang di antaranya telah kembali. Angka ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan Malaysia dengan 73 orang dan Australia 110 orang yang telah berangkat ke Suriah dan Irak. Pihak yang berwajib telah mendeteksi ada 11 kelompok teroris yang aktif di Indonesia saat ini.

Topik utama dalam pertemuan tersebut adalah tentang pembiayaan terorisme. Untuk Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan telah mencatat ada transaksi mencurigakan yang diduga terkait kegiatan terorisme. Transaksi yang nilainya mencapai miliaran rupiah itu termasuk pengumpulan dan distribusi uang. Banyak dari jalur uang ini dilakukan via internet.

Ketua Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Marsekal Muda Agus Barnas mengatakan, salah satu modus pembiayaan terorisme yang pernah ditemukan adalah malware yang mencuri uang dari rekening bank nasabah dalam jumlah sangat kecil. Hal ini dilakukan, misalnya, dengan mengambil uang seorang nasabah sebesar puluhan rupiah. Oleh karena jumlahnya kecil, nasabah itu tidak menyadari uangnya diambil. Namun, karena yang diambil adalah uang dari banyak orang, jumlahnya menjadi tidak lagi kecil. ”Hal ini sudah terjadi di Indonesia, tapi pelakunya ada di Eropa Timur,” katanya.

Selain rekrutmen, komunikasi dan transaksi keuangan, dunia maya juga berpotensi jadi medan pertempuran. Januari 2016, Bahrun Naim memasang di blognya komentar yang menyindir Polri. Ia mengomentari berita tentang tim siber Polri yang membombardir situs Bahrun Naim dengan spam—sebanyak mungkin e-mail atau komentar di forum atau kotak masuk e-mail. Cara ini relatif sederhana untuk mengganggu situs web. Tidak heran, dikomentari Bahrun dengan kalimat ”Cuman Bisa Nge-spam!”, Bahrun juga memasang foto yang memberi kesan hasil retasannya ke situs keuangan Paypal dan kartu kredit. Lepas bahwa akun Paypal itu bernominal 0 dan atau hasil retasan orang lain, dunia siber sebagai ruang konflik juga harus diantisipasi.

Gugus tugas

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius menyatakan, pemerintah akan membentuk gugus tugas untuk menangani terorisme di dunia maya. Gugus tugas ini beranggotakan kementerian terkait, dengan keanggotaan tetap, dan memiliki akses langsung kepada menteri.

Gugus tugas ini merupakan langkah maju. Namun, ada catatan, gugus tugas ini idealnya tidak memandang terorisme siber sebagai kejahatan yang berdiri sendiri. Konflik di ruang siber selalu mencakup banyak konteks, termasuk politik, ekonomi, informasi, teknologi, media, dan ideologi. Batas antara bidang satu dan yang lain telah kabur. Dunia siber telah mengubah batas tradisional antara perang dan damai, meniadakan geografi dan jarak, bahkan menipiskan batas antara aktor negara dan non-negara.

Konflik yang terjadi juga memiliki irisan satu sama lain. Propaganda di dunia maya, misalnya, bisa terhubung dengan kejahatan finansial, seperti penyalahgunaan informasi bank hingga penipuan yang terlihat sepele, seperti ”mama minta pulsa”. Di sisi lain, infrastruktur vital juga bisa terancam oleh aksi teroris baik via dunia maya maupun nyata.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com