Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efektivitas Koalisi Jokowi

Kompas.com - 02/08/2016, 09:59 WIB

Instrumen utama yang dapat digunakan presiden dalam hal ini adalah kejelasan agenda dan penugasan kepada setiap menteri, termasuk terutama yang berasal dari partai politik, untuk memastikan bahwa semua anggota kabinet menjalankan visi dan misi presiden.

Dengan instrumen ini presiden dapat lebih dini mendeteksi apabila ada agenda lain dari pembantunya, terutama yang bermuatan manuver politik partai.

Kalau ini dilakukan, kemungkinan kerja sama antarpartai menjalankan agenda politik di luar yang ditugaskan presiden kepada para menterinya dapat dikurangi. Namun, kalau hal ini tetap terjadi, ketegasan presidenlah yang harus dimainkan.

Koalisi besar sistem presidensial juga memasukkan dukungan publik sebagai salah satu elemen penting.

Dalam konteks Indonesia, dukungan publik dimungkinkan apabila kabinet sebagai pelaksana agenda-agenda pemerintahan tidak sekadar mencerminkan akomodasi politik untuk partai-partai.

Hal ini berpotensi untuk diperoleh Jokowi karena bukan saja komposisi kabinet hasil perombakan jilid II memberikan porsi yang relatif sama untuk menteri berlatar partai politik dan nonpartai politik, tetapi juga ada penekanan pada prioritas percepatan ekonomi dan pembangunan yang dianggap salah satu agenda terpenting oleh masyarakat.

Selain itu, survei opini publik, misalnya yang dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 24 Juli lalu menunjukkan tingkat kepuasan dan dukungan publik yang tinggi (67 persen) atas kinerja presiden.

Dengan dukungan publik yang tinggi, koalisi Jokowi dapat lebih fokus menjalankan agenda pemerintahan sehingga lebih mungkin berkinerja optimal.

Seperti suatu siklus, kinerja pemerintahan yang optimal pada gilirannya akan mendatangkan dukungan publik yang lebih luas lagi.

Yang juga tak kalah penting adalah peran oposisi. Koalisi Jokowi sekarang menyisakan tiga partai di luar pemerintahan. PKS sudah menyatakan dirinya sebagai oposisi loyal.

Artinya, sangat mungkin PKS juga mendukung agenda presiden ketika ada kesesuaian dengan agenda partai tersebut.

Demikian juga dengan Partai Demokrat yang menyatakan diri sebagai penyeimbang. Makna penyeimbang pada praktiknya tidaklah berbeda dengan makna oposisi loyal.

Dengan demikian, bahkan dengan kalangan di luar partai pendukung koalisi, presiden memiliki kemungkinan untuk memperoleh dukungan politik untuk agenda-agenda tertentu yang mungkin saja tidak mendapat dukungan dari anggota tertentu dari partai anggota koalisi.

Ringkasnya, lingkungan dan situasi politik saat ini sangat memungkinkan untuk koalisi Jokowi menjadi efektif.

Yang diperlukan dari presiden adalah kepemimpinan (leadership) dengan agenda dan prioritas pemerintahan yang jelas.

Tiga tahun masa kepresidenan Jokowi ke depan akan membuktikan apakah hal ini akan terjadi atau tidak.

Djayadi Hanan, Direktur Eksekutif SMRC; Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com