(Baca: Hadiri Rapimnas Golkar, Megawati Sempat Salah Tempat Duduk)
Terakhir, Megawati kembali hadir saat Presiden Joko Widodo membuka pameran seni rupa koleksi Istana Kepresidenan di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (1/8/2016) kemarin.
Tidak ada pimpinan partai politik lain yang datang selain Megawati. Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan, pameran lukisan ini terselenggara atas masukan Presiden Jokowi dan Megawati.
Komunikasi yang baik
Ketua DPP PDI-P Hendrawan Supratikno mengatakan, seringnya Megawati hadir mendampingi Jokowi di berbagai acara penting tersebut menandakan bahwa komunikasi keduanya terjalin sangat baik.
Ada keterikatan antara Jokowi sebagai presiden dan Megawati sebagai ketua umum parpol utama pendukung pemerintahan.
"Yang pasti komunikasi berjalan lancar dan semakin saling memahami," kata Hendrawan.
Isu yang menyebutkan hubungan Jokowi dan Megawati tidak harmonis, lanjut Hendrawan, terbukti tidak benar.
Namun, Jokowi dan Megawati membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan posisinya masing-masing.
"(Ada) proses pembiasaan," kata Wakil Ketua Fraksi PDI-P di DPR ini.
Sinyal politik
Pengamat politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menilai, kehadiran Megawati di berbagai acara Jokowi ini bisa diartikan berbeda untuk setiap peristiwa.
Saat menghadiri peringatan Hari Pancasila dan pameran lukisan Istana Kepresidenan, menurut Pangi, Megawati memang mempunyai kepentingan.
Mega menjadi salah satu pihak yang mendorong agar 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila dan agar lukisan Istana Kepresidenan bisa dipamerkan ke masyarakat.
Sementara itu, terkait kehadiran Megawati pada Rapimnas Golkar, bisa diartikan sebagai restu PDI-P bagi Golkar yang "meminang" Jokowi sebagai capres 2019.
Kehadiran Megawati itu juga sekaligus sebagai pengingat untuk Golkar bahwa Jokowi masih milik PDI-P.
"Menarik mencermati sinyal dan pesan di balik kedatangan Megawati di Rapimnas Golkar. Ada sinyal bahwa PDI-P dan Golkar akan berkoalisi pada Pilpres 2019. Presiden dari PDI-P dan wapres dari Golkar," kata Pangi.