Oleh: Gun Gun Heryanto
Semula langkah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lebih terang akan melaju dari jalur perseorangan di pemilihan Gubernur DKI mendatang.
Belakangan pernyataan Ahok dan kelompok relawan yang bergabung di Teman Ahok mulai menimbulkan enigma ke mana langkah pencalonannya akan ditentukan.
Dilema datangdi saat tersedia dua jalur yang sama-sama memungkinkan mengusung Ahok: partai ataupun perseorangan.
Kerja berjejaring Teman Ahok mencapai target pengumpulan dukungan lebih dari 1juta KTP (19/6/2016) meski masih harus diverifikasi administratif dan faktual.
Di saat bersamaanada tiga partai yang siap mendukungdan mengusung: Golkar, Nasdem, dan Hanura dengan kumulasi 24 kursi di DPRD DKI. Keadaan ini dimaknai sebagai sumber daya politik Ahok sekaligus ujian terberat dalam menunjukkan wajah autentiknya sebagai politisi.
Pita Mobius
Tak dimungkiri, Ahok menjadi titik pusaran kontestasi elektoral Pilkada DKI. Bukan semata-mata karena dia petahana, melainkan realitasnya Ahok sanggup memunculkan atmosfer baru dalam mencari dukungan politik di luar mesin partai.
Sekelompok orang yang mengatasnamakan Teman Ahok mengaku tergerak mendukung dan menyediakan jalur alternatif di tengah corak partai yang feodal, oligarkis, dan transaksional dalammenetapkan kandidat.
Sikap relawan Teman Ahok cukup menyentak publik kala itu, yakni ingin mengusung Ahok dari jalur perseorangan.
Karena itu, mereka membentuk gugus kerja pengumpulan KTP warga DKI agar melampaui syarat minimum: 532.000 KTP.
Dalam perjalanannya, apresiasi pun mengalir deras di tengah pandangan sebagian pihak yangnyinyir dan mempertanyakan kemurnian gerakan politik kerelawanan ala Teman Ahok ini.
Ada dua faktor menarik dari model gerakan Teman Ahok sehingga memperoleh ”tempat” di sebagian warga DKI.
Pertama, menjadi model gerakan literasi politik karena melibatkan partisipasi masyarakat. Bernard Crick dalam Essays on Citizenship (2000) mencatat literasi politik sebagai senyawa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Crick menegaskan literasi politikbukan sekadar pengetahuan politik, melainkan cara membuat warga efektif dalam kehidupan publik dan dorongan menjadi aktif dan partisipatif baik resmi maupun di arena publik yang sifatnya sukarela.
Kemasan politik kerelawanan inilah yang jadi stimulan ampuh bagi sebagian warga DKI memberi dukungan pada inisiatif kerja Teman Ahok.