Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka Teki Tewasnya Santoso

Kompas.com - 19/07/2016, 07:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Tugas Operasi Tinomabala baku tembak dengan kelompok teroris pimpinan Santoso di Tambrana Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7/2016) sore.

Menurut Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, dua orang di pihak Santoso tewas dalam peristiwa tersebut. Tiga orang lainnya melarikan diri.

"Saya dapat informasi, dua orang tertembak, meninggal dunia. Kemudian tiga orang lainnya melarikan diri," ujar Tito di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin malam.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu mengaku belum tahu
identitas mereka yang tewas.

(Baca: Polri Baku Tembak dengan Kelompok Santoso, Tiga Orang Melarikan Diri)

Yang baru diketahui, kata Tito, dua orang itu berjenis kelamin laki-laki. Adapun tiga orang lainnya yang melarikan diri, seorang di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan dua orang lainnya berjenis kelamin perempuan.

Dihubungi dari Jakarta, Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal (Pol) Rudy Sufahriadi mengatakan, ciri-ciri satu dari dua yang tewas tertembak mirip dengan Santoso, pimpinan kelompok yang diburu Satgas.

"Ada tanda tahi lalat di wajah. Saya belum lihat fotonya karena petugas masih di gunung," ujar Rudy

"Cirinya itu ada yang bilang Santoso, baru mirip saja. Saya baru bisa pastikan kalau minimal lima oranglah yang lihat itu Santoso," kata Rudy.

(Baca: Mirip Santoso, Salah Satu yang Tewas dalam Baku Tembak Punya Tahi Lalat di Pipi)

Tito yang dikonfirmasi soal kemiripan itu meminta semua pihak jangan berspekulasi.

"Informasinya, memang ada tahi lalat di dahi yang menjadi ciri khas Santoso. Jenggotnya juga ada. Tapi sekali lagi, teman-teman sedang mengevakuasi dia  untuk identifikasi identitasnya," ujar Tito.

Identifikasi akan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Polri Palu, Sulawesi Tengah. Identifikasi akan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengenalan wajah, dan yang kedua, identifikasi melalui pencocokan data DNA post mortem dengan ante mortem.

Presiden Joko Widodo, menurut Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi sudah mendapat laporan terkait peristiwa baku tembak dan tewasnya dua orang dari kelompok Santoso. Laporan, kata Johan, disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan.

(Baca: Jokowi Terima Laporan Baku Tembak dengan Kelompok Santoso di Tambarana)

Terkendala

Dari Poso dilaporkan upaya pengangkutan dua jasad anggota kelompok Santoso belum dapat dilakukan malam tadi. Beratnya medan, cuaca gelap, serta kemungkinan adanya bahaya bagi personel aparat keamanan mengakibatkan pemindahan itu tersendat.

Hingga pukul 23.30 Wita, upaya pengangkutan oleh tim gabungan TNI-Polri terhadap dua jenazah itu belum dapat dilakukan dari hutan pegunungan di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

(Baca: Pengangkutan Dua Jenazah Terduga Teroris Poso Terkendala Beratnya Medan)

Wakil Kepala Polda Sulawesi Tengah Komisaris Besar Polisi Leo Bona Lubis, Selasa (18/7/2016) malam, mengatakan upaya pengangkutan jenazah itu belum dapat dilakukan di malam hari dengan pertimbangan beratnya medan yang harus dilalui pasukan, termasuk cuaca gelap dan hujan yang mulai turun.

Selain faktor cuaca yang tidak mendukung, dalam proses pemindahan tersebut dikhawatirkan ada ancaman dan gangguan terhadap keselamatan pasukan.

"Kedua jenazah masih berada di atas gunung karena terkendala medan yang berat dan disertai dengan hujan kemungkinan paling cepat proses evakuasi selesai pada esok hari," kata dia.

Santoso

Santoso selama ini dikenal sebagai pimpinan kelompok teroris yang licin. Pria yang diburu sejak 2007 itu sulit ditangkap.

Santoso adalah Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur. Polisi kerap menyebut keterlibatannya dalam sejumlah aksi terorisme di Indonesia.

Nama Santoso bukan hanya dikenal di Indonesia. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat bahkan memasukan namanya sebagai teroris global.

Sebelum menetap dan membentuk kelompok yang berbasis di Poso, Santoso sempat ikut pelatihan ala militer di pegunungan Jalin Jantho, Aceh, pada 2010. Setahun setelahnya, dia ke Poso dan membentuk pelatihan serupa seperti di Aceh dengan merekrut sejumlah anggota.

(Baca: Operasi Tinombala Targetkan Tangkap Santoso dalam Waktu 60 Hari)

Upaya penangkapan Santoso dimulai dengan operasi gabungan TNI dan Polri bersandi Camar Maleo pada 2015. Operasi ini di bawah kendali Kapolri. Camar Maleo dihentikan awal tahun ini dan digantikan Operasi Tinombala yang menargetkan penangkapan Santoso selama 60 hari.

Sayangnya target meleset. Kapolri saat itu Jenderal (Pol) Badrodin Haiti memutuskan untuk memperpanjang operasi Tinombala hingga Mei. Lalu kembali dilanjutkan dua bulan.

Kompas TV Polisi Evakuasi Korban Tewas Anggota Santoso
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Nasional
Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Nasional
Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Nasional
Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Nasional
Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Nasional
Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Nasional
Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Nasional
LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Nasional
Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Nasional
Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Nasional
Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Nasional
Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Nasional
Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Nasional
Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com