Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Pelajaran dari Ibu lewat Ritual Jelang Lebaran

Kompas.com - 11/07/2016, 18:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Terkadang jari tertusuk jarum dan tidak jarang kancing yang terpasang miring-miring tidak segaris dengan lubang kancingnya, walau sudah diberi tanda.  

Ibu saya yang memotong dan menjahit sendiri baju termasuk membuat lubang kancingnya.   Anak-anak dipastikan tidak akan bisa menjahit lubang kancing yang sangat rumit. Saat itu belum ada mesin jahit pembuat lubang kancing.  

Lubang kancing harus di jahit tangan, dan ibu saya sangat mahir membuat lubang kancing yang terkadang dilakukannya sampai berhari-hari baru selesai. 

Saya dan kakak saya selalu menunggui ibu saya menyelesaikan perkerjannya membuat baju.   Saya sering protes mengapa baju kakak saya yang selesai duluan, dan ibu saya selalu berkata karena dia adalah kakak saya, kakak yang lebih tua dari saya.  

Saat ibu membuat baju, kakak saya dan saya biasanya siap di dekat ibu untuk membantu.   Membantu mengambilkan gunting, membersihkan meja bekas memotong patroon, menggulung benang di “sekoci”, kelos kecil untuk di bawah jarum jahit di mesin jahit dan juga membantu memasukkan benang ke lubang jarum.  

Ibu saya sedikit kesulitan untuk melihat lubang jarum yang sangat kecil itu.   Anak-anak diajarkan agar mudah memasukkan benang ke lubang jarum yaitu dengan memotong ujung benang dengan arah yang sedikit miring, kemudian dibasahi sedikit agar mudah untuk diarahkan masuk kedalam lubang.  

Ibu menjahit dengan mesin jahit “singer” yang digerakkan dengan kaki.   Setiap mendengar suara mesin jahit berbunyi, saya dan kakak saya berlari-lari mendekat, sekedar mengecek saja baju siapa gerangan yang tengah dijahit.  Kemudian bertanya terus , kapan kelarnya Mak, kapan kelarnya?  

Ibu saya selalu dengan tenang dan tersenyum menjawab sabar ya , sabar ya, besok kelar. Ibu saya menyelesaikan sebuah baju sampai berhari-hari, karena harus menyambi banyak pekerjaan rumah tangga lainnya.

Selain membuat baju baru untuk anak-anaknya berlebaran, ibu saya juga membuat kue-kue lebaran sendiri.  Yang dibuat biasanya kue semacam lapis legit dan kue kering yang dipanggang di sebuah “oven” kuno yang diatasnya diberi arang panas agar kue matang merata bawah dan atasnya.   Karena saat itu belum ada “blender” maka tugas anak-anak mengocok adonan telur dan tepung dalam sebuah baskom dengan menggunakan pengocok adonan yang berbentuk seperti “pegas” yang dibuat agar dapat lentur.  

Yang menyenangkan adalah saat melihat ibu mencetak kue keringnya dengan cetakan kue.  Sesekali anak-anak diberi kesempatan mencoba juga mencetak kue.  Ada pola-pola bintang, segi empat dan lingkaran seperti pada umumnya kue kering yang kita kenal sampai dengan saat ini.  

Di saat ibu kecewa bila kue nya gosong atau agak coklat gelap warnanya karena terlambat diangkat, saya dan kakak saya justru gembira, karena kue itu menjadi jatah anak-anak untuk dimakan.   Kue gosong disisihkan , tidak dimasukkan kedalam “toples’ yang disiapkan untuk hari lebaran.

Untuk persiapan lebaran, selain membuat baju dan kue , ibu saya selalu menyiapkan sendiri ketupat, opor ayam, rendang dan juga membikin sendiri “kacang bawang”.   Ritual ini sudah menjadi kegiatan rutin dan anak-anak sudah memperoleh “porsi” sendiri untuk kegiatan masing-masing.  

Kegiatan yang dengan senang hati dilakukan , tentu saja karena merupakan kegiatan dalam mengisi liburan 40 hari.   Daun pembuat ketupat, ibu membeli sendiri ke pasar Petojo dan sampai di rumah menjadi tugas anak-anak mengisi beras ke dalam daun ketupat setelah dibersihkan.  

Saya masih ingat takarannya adalah sepertiga sampai mendekati setengah dari isi daun ketupat.   Saya sudah lupa, apakah yang dibeli itu daun bahan pembuat ketupat atau sudah jadi atau dalam bentuk ketupat.  

Yang masih jelas dalam ingatan saya adalah ibu saya pandai membuat kelongsong ketupat dari daun kelapa dengan merajutnya sendiri.  Ibu saya pernah mengajarkan saya dan kakak saya namun saya tidak pernah bisa melakukannya sampai selesai, separuh jalan dan ketupat biasanya rusak berantakan. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Nasional
Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Nasional
Prabowo 'Tak Mau Diganggu' Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Prabowo "Tak Mau Diganggu" Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Nasional
JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

Nasional
Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Nasional
Polri Buru Dalang 'Illegal Fishing' Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Polri Buru Dalang "Illegal Fishing" Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Nasional
Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Nasional
BPK Periksa SYL soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 M

BPK Periksa SYL soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 M

Nasional
UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

Nasional
Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Nasional
Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Nasional
Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Nasional
Kasus 'Ilegal Fishing' 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Kasus "Ilegal Fishing" 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Nasional
Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Nasional
Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com