Namun, dengan berbekal aplikasi yang dimiliki PDI-P, mereka menyebutnya sebagai DPT Analyzer, PDI-P tetap menemukan berbagai potensi masalah yang bisa digunakan menelikung peserta pemilu.
Berdasarkan hasil DPT Analyzer milik PDI-P, dari 186.165.884 data pemilih dalam DPT yang diberikan KPU kepada parpol dengan asumsi bahwa 10,4 juta data bermasalah telah dibersihkan KPU, ternyata masih terdapat 22,1 juta pemilih bermasalah dengan 7 jenis masalah dan 47,4 juta pemilih bermasalah dengan 10 jenis masalah.
”Terus terang kami belum bisa menerima rekap ini. Bersihkanlah data ini hingga relatif tak bermasalah. Logistik tak ada masalah, anggaran enggak masalah, mungkin perlu ditambah dan kita punya komitmen untuk mendukung,” kata Arif.
Komentar dari Arif itu bak geledek di siang bolong. Kritik keras itu seolah menjadi energi positif bagi KPU untuk terus-menerus menyempurnakan DPT.
Masih banyak kekurangannya, namun DPT yang online yang bisa diakses terbuka masyarakat melalui Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih) itu akhirnya menjadi salah satu warisan terbaik KPU hingga kini.
Beberapa hari setelah sidang itu, kepada wartawan Husni mengungkapkan, sebenarnya pihaknya bisa saja mematahkan argumentasi Arif saat itu di depan banyak peserta. Namun, pihaknya tak mau melakukannya secara frontal atau terbuka.
Sikap frontal yang mempermalukan lawan bicara, bisa membuat situasi bertambah panas dan kontraproduktif bagi KPU yang berusaha merangkul semua pihak agar percaya kepada kredibiltas KPU.
Kita berharap, para komisioner KPU lainnya mewarisi tangan dingin Husni dalam merawat berbagai perbedaan pandangan yang ada.
Baca pula: Mengenang Husni Kamil Manik, Kiprah Sang Pengawal Demokrasi Itu Telah Paripurna
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.