Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Tolong Jangan Bawa Cerita dari Jakarta saat Anda Mudik

Kompas.com - 04/07/2016, 07:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tetapi saran saya, jangan membawa cerita ini ke kampung halaman Anda. Selain akan merusak mood hari raya Anda, cerita korupsi pejabat negara ini akan sangat menyita waktu juga. Untuk periode belum genap dua tahun saja, sudah ada emat anggota DPR yang tertangkap tangan menerima suap oleh KPK.

Belum jika Anda menambahkan cerita operasi tangkap tangan KPK di luar anggota DPR yang kerap minta disebut sebagai "yang mulia". Untuk katergori umum, di semester pertama 2016 ini, KPK telah melakukan 10 operasi tangkap tangan. Dari 10 kasus itu, lima kasus di antaranya melibatkan apartatur pengadilan seperti Santoso.

Terbayang akan tersitanya waktu Anda di kampung halaman jika harus menceritakan kasus korupsi yang sepertinya tidak surut ini. Karena itu, saran saya, biarkan cerita korupsi ini tetap tinggal di Jakarta.

Soal keteguhan

Di kampung halaman yang tidak terlalu lama, baiknya menggali cerita-cerita inspiratif di sekitar Anda. Selain baik untuk jiwa, cerita inspiratif itu jika ditularkan saat Anda kembali dari kampung halaman ke Jakarta misalnya akan banyak manfaatnya. 

Cerita inspiratif yang baik unjuk jiwa itu yang seperti apa? Pertanyaan ini mungkin muncul di benak Anda. 

Sebagai contoh, saya sebut "Kartini Kendeng". Mereka adalah sembilan perempuan teguh yang bersuara lantang serta konsisten atas rencana hadirnya pabrik semen di Pegunungan Kendeng (Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan).

Seminggu sebelum Hari Kartini 2016, mereka menyemen kaki di depan Istana Merdeka, Jakarta. Sembilan perempuan petani itu adalah Sukinah, Sutini, Surani, Riem Ambarwati, Ngadinah, Deni Y, Karsupi, Martini, dan Siyem. Mengenakan kebaya, jarik, dan caping, mereka menggedor tembok-tembok kekuasaan yang menurut mereka tuli selama ini.

Memasung sepasang kaki dengan semen di depan Istana Merdeka bukan aksi pertama mereka. Setahun sebelumnya, 6 April 2015, "Kartini Kendeng" ini juga menggelar aksi di depan Istana Merdeka. Mereka membunyikan lesung dengan alu sebagai tanda bahaya akan datangnya bencana lantaran hadirnya pabrik semen.

Penghuni Istana Merdeka bukannya tuli dengan aksi yang disuarakan sejak 2013 ini. Di aksi terakhir, dua staf kepresidenan yaitu Tetan Masduki dan Johan Budi SP menghampiri dan mendengar. Menurut mereka, Presiden Joko Widodo berjanji mengagendakan pertemuan.

Janji adalah harapan

Janji itu adalah harapan. Harapan itu lantas menjadi pegangan. Selain ditandai dengan dilepasnya cor semen atas sembilan pasang kaki "Kartini Kendeng", janji itu dicatat bersamaan dengan hadirnya lengkung pelangi. 

Atas janji ini, tiga bulan berjalan tidak terdengar adanya realisasi. Terbiasa teguh bersuara lantang dan konsisten, "Kartini Kendeng" tetap menyuarakan kegelisahan mereka melalui aksi. Terakhir adalah di tenda perjuangan yang didirikan di Rembang, Jawa Tengah.

Bersamaan waktunya dengan operasi tangkap tangan KPK terakhir sebelum hari raya, Dian Sastrowardoyo mendatangi "Kartini Kendeng" di tenda perjuangan, Kamis (30/6/2016) pekan lalu. Sekitar dua jam, pemeran RA Kartini yang tengah dibuatkan filmnya ini berbincang dengan "Kartini Kendeng".

Pertemuan ini menjadi viral dan melegakan lantaran komentar Dian sebelumnya terkait "Kartini Kendeng" yang dipersoalkan. Meskipun tidak pernah berjanji mengadengakan pertemuan atau memberi dukungan, Dian datang berbincang-bincang dengan "Kartini Kendeng" soal apa yang mereka perjuangankan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com