Eyang Habibie selalu merujuk warisan pendiri bangsa yang bisa menjadi pegangan sepanjang jaman, yakni asas berdikari. Dalam konteks kekinian, jiwa berdikari bisa diwujudkan dengan cepat apabila ada ekosistem yang baik untuk transformasi teknologi yang kompatibel dengan portofolio kompetensi SDM bangsa.
Transformasi itu menurut konsultan internasional AT Kearney yang pernah membantu Eyang Habibie dalam mengimplementasikan strategi transformasi teknologi dan industri disebut Competency to Achieve Global Competitive Excellence. Pada prinsipnya adalah mengoptimalkan kapasitas terpasang SDM unggul di Tanah Air sehingga bisa terserap dalam proses nilai tambah secara ideal.
Contoh antisipasi yang luar biasa dalam menghadapi Globalisasi 3.0 adalah India. Kita bisa menyimak postur SDM teknologi di India. Setiap tahunnya, institut dan universitas di sana mencetak sekitar 350.000 lulusan teknik. Hebatnya, jumlah sebesar itu langsung terserap oleh pasar tenaga kerja dengan gaji yang menggiurkan.
Hal itu dimungkinkan karena ekosistem berdikari di sana telah mengadaptasi kekuatan globalisasi yang disertai dengan rekayasa budaya yang tiada henti. Ekosistem itulah yang menyebabkan lapangan kerja di India semakin meluas.
Hal itu terlihat dari 50 persen dari software General Electric (GE) dikembangkan di India. Perusahaan itu telah menggunakan dua puluh ribu orang di sana. Hewlett Packard (HP) juga mempekerjakan ribuan software engineer di India. Siemens mempekerjakan sekitar tiga ribu software engineer di India. Tak ketinggalan raksasa software aplikasi seperti Oracle juga mempunyai lima ribu engineer di sana.
Panen lapangan kerja di India akan terus terjadi karena adanya rekayasa budaya yang dilakukan oleh pemerintahan di sana. Berbagai nilai tradisi, kearifan lokal, karakter unggul, dan daya ungkit etos kerja terus ditransformasikan untuk menyiasati Globalisasi 3.0.
Ribuan SDM yang telah dicetak oleh Eyang Habibie untuk menangani transformasi industri dan teknologi pada saat ini tetap eksis dan telah menemukan jalan masing-masing untuk mengabdikan kompetensinya kepada negeri ini.
Ada yang berpendapat bahwa SDM teknologi yang telah dipersiapkan oleh Eyang Habibie sejak krisis ekonomi 1997 mengalami brain drain. Ternyata, para SDM yang dipersiapkan oleh Eyang Habibie dengan jalan bea siswa ikatan dinas dan magang di industri dan pusat riset terkemuka didunia adalah upaya survival agar kompetensinya terus berkembang.
Sebagian SDM di atas kini masih berada di luar negeri agar terus bisa mengembangkan kompetensinya. Mereka itu menempuh jalan dengan menggunakan prinsip global brain circulation seperti premis yang dikemukan oleh Paul Krugman penerima hadiah Nobel bidang Ekonomi.
Sedangkan sebagian lagi telah menemukan jalannya sebagai versatilis. Definisi versatilis merupakan seorang spesialis yang sekaligus inovator yang mengembangkan proses bisnis dan teknologi industri. Mereka itu telah menjadikan kompetensi dan pengalaman untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa atau bisnisnya.
Perjalanan suatu bangsa sangat membutuhkan solusi multidisiplin dan multiplatform namun tetap sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi. Di sinilah Gartner mendefinisikan versatilis sebagai sosok yang memiliki pengalaman, kemampuan menjalankan berbagai tugas yang beragam dan multidisiplin (versatile).
Hal itu sekaligus untuk menciptakan pengetahuan baru, kompetensi dan keterkaitan (context) yang padu guna mendorong perbaikan tata kelola pemerintahan dan proses bisnis.
Selamat ulang tahun Eyang Habibie!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.