WWF dan beberapa lembaga swadaya masyarakat lainnya yang bergerak dalam isu konservasi alam menjadikan Kampung Semangit sebagai salah satu daerah pendampingan.
Mereka melihat Danau Sentarum memiliki peran penting bagi Sungai Kapuas. Danau Sentarum secara periodik akan mengalami pasang dan surut.
Pada musim penghujan, permukaan air akan naik karena kelebihan air dari sungai Kapuas.
Sebaliknya pada musim kemarau, permukaan air akan turun karena sebagian besar mengalir ke Sungai Kapuas.
Danau Sentarum yang besar akan berubah menjadi kumpulan danau-danau kecil, bahkan menjadi daratan.
Fenomena alam inilah yang membuat masyarakat memiliki dua mata pencaharian, sebagai nelayan dan menjadi Periau atau petani madu hutan pada musim tertentu.
Biasanya masa panen madu terjadi pada bulan September hingga Maret, di saat air Danau Sentarum mengering.
"Saat air surut, danau mengering, masyarakat biasanya bisa berpergian mengelilingi danau menggunakan motor. Tidak perlu menggunakan perahu," ujar Hermas.
Menurut Hermas, fungsi hidrologis Danau Sentarum itu membuat Sungai Kapuas tidak kebanjiran pada musim penghujan dan tidak kekeringan pada musim kemarau.
Demikian juga dengan sungai-sungai yang masuk ke Danau Sentarum seperti Sungai Leboyan. Kerusakan pada daerah aliran Sungai Leboyan akan berpengaruh pada debit air Danau Sentarum dan Sungai Kapuas.
"Mengetahui hal itu, perlahan masyarakat Danau Sentarum mulai menyadari bahwa tindakan-tindakan mereka akan memengaruhi orang banyak di hilir Sungai Kapuas. Jika kelestarian alam di kawasan Danau Sentarum tidak dijaga, maka kerusakan lingkungan juga memengaruhi seluruh daerah yang dilewati oleh aliran Sungai Kapuas," tambahnya.
Kebakaran mematikan usaha
Kawasan hutan Danau Sentarum merupakan kawasan kerja Periau atau pengumpul madu hutan di Kapuas Hulu yang sebagian besar adalah hutan rawa gambut.
Madu hutan di Taman Nasional Danau Sentarum merupakan sumber daya potensial untuk meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di musim kemarau. Saat kemarau, masyarakat tidak dapat menangkap ikan.
Dari tahun ke tahun pascapenebangan liar pada tahun 1995, kawasan ini pernah menjadi lokasi langganan kebakaran hutan.
Usaha madu hutan sempat terseok saat terjadi kebakaran hutan yang luas pada tahun 1997, yang mengakibatkan tidak adanya lebah hutan di TNDS selama tiga tahun.