Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kampung Semangit, Berdikari dengan Ekonomi Hijau

Kompas.com - 07/06/2016, 06:05 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

KAPUAS HULU, KOMPAS.com - Setelah belasan tahun menjadi lokasi langganan kebakaran hutan, Kampung Semangit di Desa Nanga Leboyan, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, kini berusaha dengan segala upaya mencegah api kembali berkobar.

Masyarakat Semangit kini menjaga kelestarian alam sebagai tumpuan hidup.

Akhir Mei 2016 lalu, Kompas.com diajak melihat geliat ekonomi masyarakat Semangit. Konsep green economy (ekonomi hijau) diterapkan sebagai paradigma ekonomi baru untuk mendorong pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja, sekaligus mengurangi resiko kerusakan lingkungan.

Saat itu, dua orang staf dari organisasi nirlaba World Wild Fund (WWF) Kalimantan Barat, Jimmy Syahirsyah dan Hermas Rintik Maring ikut mendampingi.

Untuk sampai ke Kampung Semangit, kami harus lebih dulu menuju Kota Lanjak, Kecamatan Batang Lupar. Perjalanan ke kota Lanjak bisa melewati jalur darat dari kota Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, selama kurang lebih 3 jam.

Setelah sampai di Kota Lanjak, kami melanjutkan perjalanan membelah Danau Sentarum menggunakan speed boat menuju Kampung Semangit, kira-kira selama 45 menit.

Kampung Semangit merupakan perkampungan nelayan di tepi Sungai Leboyan yang bermuara di Danau Sentarum. Kampung ini masuk ke dalam wilayah Balai Besar Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS).

Kampung ini terbilang cukup unik. Mata pencaharian utama penduduk Kampung Semangit adalah menangkap ikan. Sebagian hasil tangkapan ikan dimakan dan sebagian lagi dijual guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kristian Erdianto/Kompas.com Nelayan Kampung Semangit sedang menjemur ikan hasil tangkapan. Dalam musim tertentu, nelayan tersebut juga memiliki mata pencaharian lain yakni sebagai petani madu hutan.
Namun, Kampung Semangit justru terkenal sebagai salah satu daerah penghasil madu hutan dengan kualitas terbaik di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Semangit mengubah pola hidupnya, dengan kesadaran bahwa tidak selamanya manusia bisa terus mengambil keuntungan dari alam tanpa ikut menjaga kelestariannya.

WWF dan beberapa lembaga swadaya masyarakat lainnya yang bergerak dalam isu konservasi alam menjadikan Kampung Semangit sebagai salah satu daerah pendampingan.

Mereka melihat Danau Sentarum memiliki peran penting bagi Sungai Kapuas. Danau Sentarum secara periodik akan mengalami pasang dan surut.

Pada musim penghujan, permukaan air akan naik karena kelebihan air dari sungai Kapuas.
Sebaliknya pada musim kemarau, permukaan air akan turun karena sebagian besar mengalir ke Sungai Kapuas.

Danau Sentarum yang besar akan berubah menjadi kumpulan danau-danau kecil, bahkan menjadi daratan.

Fenomena alam inilah yang membuat masyarakat memiliki dua mata pencaharian, sebagai nelayan dan menjadi Periau atau petani madu hutan pada musim tertentu.

Biasanya masa panen madu terjadi pada bulan September hingga Maret, di saat air Danau Sentarum mengering.

"Saat air surut, danau mengering, masyarakat biasanya bisa berpergian mengelilingi danau menggunakan motor. Tidak perlu menggunakan perahu," ujar Hermas.

Menurut Hermas, fungsi hidrologis Danau Sentarum itu membuat Sungai Kapuas tidak kebanjiran pada musim penghujan dan tidak kekeringan pada musim kemarau.

Demikian juga dengan sungai-sungai yang masuk ke Danau Sentarum seperti Sungai Leboyan. Kerusakan pada daerah aliran Sungai Leboyan akan berpengaruh pada debit air Danau Sentarum dan Sungai Kapuas.

"Mengetahui hal itu, perlahan masyarakat Danau Sentarum mulai menyadari bahwa tindakan-tindakan mereka akan memengaruhi orang banyak di hilir Sungai Kapuas. Jika kelestarian alam di kawasan Danau Sentarum tidak dijaga, maka kerusakan lingkungan juga memengaruhi seluruh daerah yang dilewati oleh aliran Sungai Kapuas," tambahnya.

Kebakaran mematikan usaha

Kawasan hutan Danau Sentarum merupakan kawasan kerja Periau atau pengumpul madu hutan di Kapuas Hulu yang sebagian besar adalah hutan rawa gambut.

Madu hutan di Taman Nasional Danau Sentarum merupakan sumber daya potensial untuk meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di musim kemarau. Saat kemarau, masyarakat tidak dapat menangkap ikan.

Dari tahun ke tahun pascapenebangan liar pada tahun 1995, kawasan ini pernah menjadi lokasi langganan kebakaran hutan.

Usaha madu hutan sempat terseok saat terjadi kebakaran hutan yang luas pada tahun 1997, yang mengakibatkan tidak adanya lebah hutan di TNDS selama tiga tahun.

Pada tahun 2000, pengembangan usaha madu hutan kembali dibangun seiring penanaman kembali kawasan bekas kebakaran hutan dengan tanaman pakan lebah madu. Para petani madu mulai mengorganisasikan dirinya ke dalam kelompok.

Mereka membuat aturan dan kesepakatan bersama mengenai mekanisme pengelolaan kawasan dan mekanisme panen agar mereka tetap bisa memanen madu hutan setiap tahun.

Para Periau diberdayakan dalam wadah Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) yang dibentuk sejak 20 Juli 2006. APDS merupakan organisasi berbentuk koperasi yang menaungi 15 kelompok periau dari seluruh kampung di dalam kawasan Danau Sentarum.

Asosiasi itu dibentuk atas inisiasi dari WWF Indonesia, organisasi Riak Bumi, Aliansi Organis Indonesia, Yayasan Dian Tama dan People, Resources, and Conservation Foundation Indonesia (PRCFI).

Panen lestari

Kristian Erdianto/Kompas.com Basriwadi Presiden Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS)
Presiden APDS, Basriwadi (41) menjelaskan, awalnya asosiasi ini dibentuk sebagai wadah memberdayakan para Periau dalam memanfaatkan dan mengelola kawasan danau. Seiring waktu, APDS juga memiliki peran menjaga kawasan hutan TNDS.

"Awalnya APDS hanya terdiri dari 5 kelompok periau. Satu kelompok rata-rata terdiri dari 10-40 petani. Sekarang jumlah kelompok sudah bertambah menjadi 15 kelompok, anggota asosiasi sekitar 305 orang," ujar Basriwadi.

Setelah mengenalkan APDS secara singkat kepada Kompas.com, Basriwadi kemudian mengajak melihat Rumah Workshop Pengelolaan Madu Hutan milik APDS. Letaknya tidak jauh dari pinggir Sungai Leboyan.

Di Rumah Workshop itu, Basriwadi menjelaskan secara detail mengenai teknik panen lestari madu hutan yang sudah dipakai oleh Periau sejak 2006.

Sejak mengenal teknik panen lestari, kata Basriwadi, madu hutan yang dihasilkan oleh Periau menjadi lebih berkualitas dan berhasil mengurangi mortalitas lebah pada saat panen.

Pertama kali teknik panen lestari dipelajari oleh tiga orang warga Danau Sentarum, yaitu Thamrin asal Desa Tekenang, Hariyanto dari Desa Nanga Leboyan dan Ade Jumhur warga Desa Semalah.

Pada 1996 mereka mendapat bantuan dari sebuah LSM internasional untuk belajar teknik panen lestari di Vietnam.

Sejak saat itu, teknik tersebut mulai tersebar luar di kalangan Periau. Kemudian pada 2006, APDS mengadopsi teknik panen lestari sebagai ketentuan standar.

Selain memanen dari sarang alami, para Periau juga membuat sarang buatan yang disebut tikung. Tikung merupakan dahan buatan yang dipasang di atas pohon. Lebarnya kira 20 cm dan panjangnya 150 cm.

Tikung dipasang di atas pohon dengan ketinggian 5-10 meter saat musim lebah pada September hingga Maret. Setiap anggota APDS rata-rata memiliki 25 tikung hingga 1000 tikung.

"Biasanya tidak semua tikung dihinggapi oleh lebah untuk membuat sarang. Rata-rata hanya 10 persennya. Jadi, misalnya seseorang memasang 1000 tikung, maka hanya 100 tikung yang menjadi sarang lebah. Itu juga tergantung dari keuletan dalam pemeliharaan. Ketika tikung sudah terpasang, harus diolesi dengan madu," jelas Basriwadi.

Setelah mengenal teknik panen lestari, para Periau mulai melakukan panen pada siang hari. Setelah sarang sudah terbentuk secara sempurna dan berisi madu, maka Periau siap melakukan panen dengan mengasapi sarang menggunakan tebauk.

Tebauk merupakan sejenis akar kayu kering yang tidak akan menimbulkan api besar ketika dibakar. Tebauk hanya mengeluarkan asap.

Pengasapan dilakukan pada siang hari, mulai pukul 09.00 hingga 14.00. Pada siang hari cuacanya lebih panas sehingga pada saat dilakukan pengasapan, lebah cenderung naik ke atas mendekati arah datangnya sinar matahari.

"Dulu Periau melakukan pengasapan pada malam hari. Saat diasapi lebah akan menuju ke bawah, karena itu banyak yang mati. Sekarang setelah mengenal panen lestari, para petani memilih melakukan panen pada siang hari. Jadi lebah tidak akan mati. Beberapa menit setelah pengasapan, lebah akan kembali lagi ke sarang yang tersisa," papar Basriwadi.

Setelah pengasapan, para Periau tidak mengambil seluruh sarang lebah, hanya bagian madunya saja dengan menyisakan sekitar 3 cm dari bagian atas sarang sebagai tempat hidup anak lebah.

Kristian Erdianto/Kompas.com Para periau atau petani madu hutan Kampung Semangit yang tergabung dalam kelompok Asosiasi Periau Danau Sentarum
Setelah itu, madu diekstrak dari sarang lebah dengan cara ditiriskan menggunakan saringan halus, tidak lagi dengan cara diperas menggunakan tangan.

APDS melengkapi teknik ini dengan serangkaian prosedur standar seperti penggunaan sarung tangan agar keringat tidak bercampur dengan madu, wadah pengangkut madu tertutup dan pisau antikarat agar tidak merusak sisa sarang yang tidak dipanen.

"Para petani hanya mengambil bagian kepala sarang lebah. Sedangkan bagian sarang yang terdapat anak lebah itu kami tinggalkan supaya bisa berkembang kembali menjadi koloni," ujar pria yang akrab disapa UG oleh sesama periau Danau Sentarum.

Madu yang sudah dipanen kemudian diolah kembali untuk mengurangi kadar airnya. Sesuai standar nasional Indonesia, kadar air yang terdapat di dalam madu berkualitas tidak boleh lebih dari 21 persen.

Proses tersebut dilakukan menggunakan dehumidifyer atau alat pengurang kadar air yang terdapat di Rumah Workshop APDS.

Dengan menerapkan teknik panen lestari, Basriwadi mengakui adanya peningkatan hasil panen dan perbaikan kualitas madu Danau Sentarum. Selain itu, jumlah lebah yang membuat sarang di tikung juga semakin banyak.

Meski hanya menjadi usaha sambilan, panen madu hutan telah memberikan pemasukan yang cukup besar bagi masyarakat Kampung Semangit.

Menurut Basriwadi sekali panen, satu tikung bisa menghasilkan 5 kilogram madu. Bahkan ada yang sampai 20 kilogram, tergantung ukuran dari sarang lebahnya. Jika dirata-rata, produksi per musim dari Danau Sentarum mencapai 18 ton madu.

"Sebelumnya kami sudah produksi madu hutan pada tahun 2013 sebanyak 18 ton. Kami jual ke sentra madu hutan sebanyak 13 ton. Beranjak dari situ kami juga sudah membuat produk madu kemasan yang bermerk APDS," tutur Basriwadi.

Menjaga alam 

Para periau Danau Sentarum sangat menyadari lebah hutan yang menjadi penghasil madu hutan organik sangat sensitif terhadap asap. Jika terjadi kebakaran hutan, maka lebah tidak akan datang dan membuat sarang. Dampaknya kepada penghasilan warga.

Oleh karena itu, menjaga hutan dari kebakaran menjadi perhatian utama para Periau terutama saat memasuki masa panen madu pada musim kemarau.

Setiap kelompok Periau yang ada di kawasan TNDS mempunyai agenda rutin penanaman sekitar seribu bibit tanaman pakan lebah yang dilakukan menjelang masa panen madu hutan.

Jenis bibit pakan lebah ini antara lain bibit pohon putat, taun, entangis, masong, tantang, ubah dan kamsia. Penanaman dilakukan di lokasi-lokasi terbuka dan wilayah bekas kebakaran yang berada di dekat kawasan kerja para periau.

"Agustus 2015 setiap Periau melakukan penanaman seribu pohon di kawasan hutan Danau Sentarum. Jenisnya pohon putat, masung, taun dan kamsia. Penanaman saat musim kemarau sekitar bulan Agustus-September, saat air di danau Sentarum surut," kata Basriwadi.

Selain itu, setiap kelompok Periau juga memiliki aturan yang bertujuan menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan hidup. Antara lain tidak boleh menebang pohon pakan lebah dan tidak boleh membakar hutan.

Basriwadi mengatakan bahwa segala hal yang dapat mengganggu habitat lebah telah dilarang. Aturan ini mengikat setiap anggota Periau. Bila ada yang melanggar, maka akan diberi sanksi.

Masyarakat di Danau Sentarum, kata Basriwadi, tidak membolehkan adanya aktivitas pembakaran lahan atau hutan. Banyaknya asap akan berpotensi mengusir lebah madu dan masyarakat tidak bisa lagi mengandalkan produksi madu.   

"Bila sudah hilang akan sulit mengembalikan lebah madu ini. Aturan ini ditaati warga," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Nasional
Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com