HELSINKI, KOMPAS.com - Wartawan lepas dan kontributor dari Radio Free Europe, Khadija Ismayilova, kini masih menjalani sisa penjara dari total tujuh setengah tahun sejak 2015. "Kejahatanku? Jurnalisme investigasi," katanya.
Pernyataan Khadija itu disampaikan dalam sebuah pidato yang dibacakan Ibunya, Elmira Ismayilova, tatkala mewakili Khadija menerima penghargaan pembela kebebasan pers dunia. Ya, tahun ini, penghargaan Guilermo Cano World Press Freedom Prize diberikan kepada Khadija.
Guilermo Cano World Press Freedom Prize ini diserahkan dalam rangka Hari Kebebasan Pers Dunia yang jatuh tiap tanggal 3 Mei. Penyerahan dilakukan di Finlandia Hall, Helsinki, Finlandia, bertepatan dengan digelarnya forum World Press Freedom Day di hari kedua, Rabu (4/15/2016) waktu setempat.
Nama Guillermo Cano yang diterima Khadija berasal dari nama wartawan Kolombia yang dibunuh di pintu masuk kantor surat kabar tempatnya bekerja, karena memberitakan mafia penyelundup narkoba.
Baca juga: Masih Dipenjara, Khadija Mendapat Penghargaan Kebebasan Pers Dunia
Setiap tahun, penghargaan tersebut diberikan UNESCO pada orang yang berkontribusi pada kebebasan pers, khususnya jika itu dicapai dengan menantang bahaya.
Khadija sendiri itu dipenjara karena pemerintah Azerbaijan mencoba membungkamnya, sebab ia membongkar kasus korupsi yang dilakukan Presiden Aliyev dan keluarganya.
Jailed Azerbaijan journalist Khadija Ismayilova awarded UNESCO #WPFD2016 prize. #FreeKhadija https://t.co/e0LIFH0kFr pic.twitter.com/Y6sUJxHJHg
— Andrew Stroehlein (@astroehlein) May 3, 2016
Karena berita, wartawan Radio Eropa Bebas/Radio Kebebasan (RFE/RL) itu dipenjara. Namun, perjuangannya diapresiasi dunia lewat penghargaan hingga kampanye dengan tagar #FreeKhadija.
We support this @AmnestyUK petition calling on #Azerbaijan President Aliyev to #FreeKhadija! Please sign & share!https://t.co/9i9ufjWGmJ
— Khadija Ismayilova (@Khadija_Ismayil) May 4, 2016
Sementara, di Indonesia, yang tahun depan akan menjadi tuan rumah perayaan Hari Kebebasan Pers Dunia (WPFD) 2017, kasus wartawan Udin yang dibunuh tetap tak terungkap dan masih "dilupakan".
Siapa Udin?
Bernama lengkap Fuad Muhammad Syafruddin, jurnalis harian Bernas, Yogyakarta, ini dibunuh di rumahnya sendiri, 20 tahun lalu. Perutnya ditinju dan belakang kepalanya dipukul dengan tongkat besi sehingga ia meninggal.
"Konstruksi hukumnya adalah kekerasan terhadap Udin karena berita-berita yang dia buat waktu tahun 1996 terkait dengan penyunatan dana IDT (Inpres Desa Tertinggal)," urai Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers Jakarta, Nawawi Bahrudin, saat diwawancarai pada Festival Media 2015.
Berita yang dimaksud berjudul "Dana IDT Hanya Diberikan Separo" dan menyoal penyunatan dana yang diberikan pada anggota 18 kelompok masyarakat.
Sebagai tambahan, bukan hanya Udin yang dibunuh karena berita. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengungkap sejak 1992, 10 wartawan dibunuh di Indonesia.
(Jennifer Sidharta, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara, melaporkan dari Helsinki untuk Kompas.com)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.