"Buruh itu pahlawan perekonomian bangsa", begitu aku menulis ucapan selamat di twitter ku, seraya mengucapkan Selamat Hari Buruh Internasional 1 Mei 2016 dan berterimakasih kepada buruh.
"Dimana ada buruh, di sanalah terletak suatu bangsa," kata Evita Peron, ibu negara dari Argentina yang kukutip di gambar yang mengiringi tweet-ku itu.
Tepat pukul 09.15 wib, dari Cikeas, kediaman SBY, Presiden RI kelima, sang Ketua Umum Partai Demokrat melepas 8 pesan lewat twitternya @SBYudhoyono.
"Buruh kuat negara kuat. Buruh sejahtera rakyat sejahtera,"begitu kalimat yang menghiasi gambar bendera Merah Putih. SBY mendahuluinya dengan ucapan Selamat Hari Buruh Internasional 1 Mei 2016.
Bagaimana kita meletakkan fondasi negara dalam kaitannya dengan buruh? Buruh adalah warga negara, sama seperti saya, Anda dan kita semua.
Jajak Pendapat Kompas yang dirilis tanggal 2 Mei 2016, melaporkan ada 10 informasi penting dengan judul Saat Buruh Menagih Kehadiran Negara. Ini membuktikan buruh juga soal maha penting dalam bernegara.
SBY memberikan pesan yang meletakkan buruh dalam kerangka fondasi bernegara dalam perspektif ekonomi.
"Buruh adalah tulang punggung dan penggerak industri. Tanpa buruh, industri dan ekonomi lumpuh,"begitu ia menjelaskan.
Pertanyaannya adalah persoalan buruh selalu ada sejak awal peradaban industri dunia. Buruh dan manajemen perusahaan adalah dua sisi koin mata uang; tak dapat dipisahkan.
Keduanya bukan saling diperhadapkan untuk saling menegasikan, tetapi dijodohkan untuk saling melengkapi membentuk kehidupan dan tata nilai.
Pesan SBY tegas menempatkan gagasan ini; "Bagi manajemen perusahaan, buruh adalah kawan seperjuangan, bukan ancaman. Jika manajemen dan buruh bersatu, perusahaan maju".
Tak cukup sampai disitu, SBY membuat dalil yang pas, "Jika manajemen mencintai dan perhatikan kesejahteraan buruh, dan buruh disiplin, produktif dan cintai perusahaannya, semuanya menang".
Sebaliknya, SBY mengingatkan bahwa para pemilik modal yang terlalu serakah dan menumpuk kekayaan tanpa batas di atas penderitaan buruh dan rakyat adalah kaum yang jahat.
Begitu pula dengan para demagog yang menghasut rakyat untuk melakukan kekerasan dan pemberontakan dengan "ideologi" pertentangan kelas, mereka sama jahatnya.
Menurut jejak pendapat Kompas , "65,1% responden menganggap ketidakpastian status buruh di perusahaan tidak bagus, hanya 24,1% yang menyatakan puas, sisanya tidak menjawab".
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.