"Di Eropa kami akan belajar dengan bebas. Jelaslah keterangan saya mengenai 'mengapa' nya? Saya harap, nyonya memahami saya."
Namun cita-cita Kartini untuk bersekolah di Eropa akhirnya kandas karena tak diizinkan oleh ayahnya.
Kartini kemudian menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri, pada tanggal 12 November 1903.
Namun cita-citanya untuk menjadi guru tercapai. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan dia diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Tak lama setelah berhasil mencapai cita-citanya, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904 di usia 25 Tahun.
Namun kegigihan dan perjuangan Kartini masih dapat dirasakan hingga saat ini. Berkat kegigihannya, didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Soekarno sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.