Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Amir Sodikin
Managing Editor Kompas.com

Wartawan, menyukai isu-isu tradisionalisme sekaligus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Bergabung dengan harian Kompas sejak 2002, kemudian ditugaskan di Kompas.com sejak 2016. Menyelesaikan S1 sebagai sarjana sains dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dan S2 master ilmu komunikasi dari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina. 

Saat Kartini Menuntut Pendidikan Perempuan Minimal hingga Kejuruan

Kompas.com - 21/04/2016, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Keputusan itu membuat Kartini terkejut bahkan sampai pingsan. Selanjutnya, duka mendalam selalu membayangi kehidupan Kartini, hingga akhir hayat.

Saat izin diperoleh dan beasiswa dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk belajar di Batavia dikabulkan, Kartini harus memilih jalan lain yaitu menikah dengan Bupati Rembang Raden Adipati Djojo Adiningrat.

Bupati Rembang ini sebelumnya telah menduda sebanyak dua kali karena dua kali ditinggal istrinya meninggal dunia. Meskipun suaminya mencintainya sepenuh hati, namun ternyata Bupati Rembang memiliki tiga selir.

Pergolakan batin Kartin terus bergemuruh, hingga melewati saat Kartini sedang hamil. Pada akhirnya, Kartini meninggal dunia pada 17 september 1904 setelah lima hari melahirkan. Ia baru berusia 25 tahun saat meninggal dan baru 10 bulan menikmati mahligai perkawinannya dengan Bupati Rembang.

Penulis Sitisoemandari Soeroto menganalisis, untuk menebus penyesalan Mr Abendanon terhadap Kartini, Mr Abendanon akhirnya menerbitkan surat-surat Kartini menjadi buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Melalui Alam Gelap Menuju Dunia Terang). Buku itu terbit April 1911 yang merupakan sumbangan berharga Mr Abendanon untuk Indonesia.

Maka tersiarlah gagasan Kartini ke seantero Belanda hingga Indonesia. Hingga akhirnya terbentuk “Dana Kartini” di Belanda yang digalang oleh sahabat-sahabat Kartini di Belanda.

Pada masa itu, api Kartini berkobar di Belanda dan menjadi momentum untuk mengajak warga Belanda membalas budi. Mereka keliling ke berbagai pelosok di Belanda untuk mengumpulkan dana  pembangunan sekolah di Indonesia, seperti yang dicita-citakan Kartini.

Kartini kini

Di tengah perayaan Kartini, di era digital yang (seharusnya) sudah serba mapan, kita tetap masih mendengar tragika kemanusiaan Kartini kencang terdengar di Bumi Pertiwi. Pendidikan yang telah lama dicita-citakan Kartini untuk kaum perempuan masih juga belum bisa dinikmati semua perempuan.

Sebut saja kabar terakhir yang menimpa Dolfina Abuk (30), Tenaga Kerja Wanita asal Desa Kotafoun, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia pulang dari bekerja di negeri jiran Malaysia dalam keadaan tak bernyawa.

Tak hanya itu, organ tubuhnya diduga telah hilang. Sekujur tubuhnya penuh jahitan. Lidah Dolfina tidak ada, matanya kempis ke dalam, pelipisnya bergeser ke atas, dan tubuhnya kempis ke dalam seakan tak berisi.

Selain itu, ada jahitan panjang dari bagian leher menurun hingga bagian atas kemaluan. Ada juga jahitan lingkaran leher bagian depan, bagian belakang kepala, dan lingkaran bagian atas kepala. Semua jahitan ini kelihatan beralas kapas putih dari bagian dalam.
Baca: Kondisi Jenazah Dolfina Penuh Jahitan, Keluarga Tidak Terima

Magnus Kobesi for Kompas.com Foto Dolfina
Keluarga telah melaporkan keganjilan ini kepada Bupati Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Raymundus Sau Fernandes. Bupati berencana membentuk tim untuk mengusut tuntas dugaan kasus perdagangan manusia (human trafficking).

“Kita akan membentuk tim dan saya akan keluarkan surat keputusan bupati dan tim ini tidak hanya tertutup di dalam lingkungan internal pemerintah daerah, karena kita akan melibatkan berbagai pihak yang masuk dalam tim ini,” kata Fernandes.
Baca: Usut Jenazah TKW Penuh Jahitan, Bupati TTU Lapor Polisi dan Selidiki Kematian TKW Dolfina, Polisi Tunggu Hasil Otopsi dari Malaysia.

Beberapa hari lalu, kita juga menyaksikan sembilan "Kartini" dari Pegunungan Kendeng menggelar aksi dengan cara memasung kaki mereka dengan semen. Tuntutan mereka cukup sederhana: agar bisa berdialog dengan Presiden Joko Widodo.

Aksi tersebut merupakan aksi kesekian mereka untuk menyuarakan pentingnya melestarikan bentang alam di Pulau Jawa. Banyak Kartini-Kartini di Indonesia, mulai dari pahlawan devisa Indonesia hingga para petani dan nelayan, masih memperjuangkan kebutuhan dasar mereka: sandang, pangan, dan papan.

Pendidikan untuk perempuan hingga kejuruan seperti yang dicita-citakan RA Kartini  belum bisa sepenuhnya dilaksanakan hingga pelosok negeri. Para perempuan negeri ini masih saja terjebak kemiskinan struktural yang dicirikan dengan pendidikan rendah dan miskin. Maka, suara Kartini seabad lebih yang lalu, ternyata masih relevan hingga kini untuk mengingatkan para penguasa untuk lebih memperhatikan pendidikan bagi kaum perempuan.

“Bilamana pemerintah sungguh-sungguh mau membudayakan rakyat, maka baik pendidikan ilmu pengetahuan maupun pendidikan budi pekerti harus dikerjakan bersama-sama. Untuk yang terakhir ini, siapakah yang lebih mampu meningkatkan budi pekerti dibandingkan kaum perempuan, kaum ibu? Di pangkuan ibulah orang mendapat pendidikan yang pertama. Di situ anak untuk pertama kali belajar merasakan, berfikir, dan bicara. Pendidikan yang paling awal itu besar artinya bagi seluruh hidupnya. (Surat Kartini kepada Nyonya Ovink-Soer, dikutip dari buku “Kartini, Sebuah Biografi”, 1977, hal: 206).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com