Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Airlangga Pribadi Kusman
Dosen Universitas Airlangga

Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga  

Associate Director Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC)  

 

Yang Terpinggirkan Ketika Kepentingan Bisnis Jadi Kiblat Demokrasi

Kompas.com - 20/04/2016, 20:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Refleksi kasus Jakarta
Mengapa kita berpanjang-panjang membicarakan gagasan Todorov di atas? Apa relevansinya refleksi Todorov atas bentuk-bentuk totalitarianisme baru ini dengan keadaan yang tengah berlangsung di negeri kita?

Apakah kita sekarang sedang menghadapi ancaman-ancaman absolutisme baru didalam suasana kelembagaan demokrasi?

Renungan dari Tzvetan Todorov di atas akan menemukan relevansinya apabila kita melihat berbagai produk kebijakan publik akhir-akhir ini misalnya terkait kebijakan reklamasi Pantai Jakarta.

Ketika peruntukan kepentingan bisnis dan pertumbuhan ekonomi lebih dikedepankan, maka konsiderasi sosial demi pemenuhan hak-hak sosial terabaikan.

Kepentingan komunitas nelayan Jakarta di sekitar tempat reklamasi, kepentingan warga Jakarta yang rentan menghadapi ancaman banjir akibat perlambatan aliran sungai, kepentingan ekologis yang terancam ketika proses reklamasi dijalankan, semuanya dikesampingkan ketika tidak dapat disesuaikan dengan kepentingan bisnis dan investasi.

Tendensi absolutisme tersebut nampak misalnya ketika pemimpin Kota Jakarta kemudian bergantung hanya kepada alasan formal yuridis yakni Keppres No. 52 tahun 1995 tentang reklamasi untuk menjalankan reklamasi Pantai Jakarta.

Sebuah kekeraskepalaan yang mubazir apabila ditilik dalam perspektif demokrasi, mengingat bukankah Keppres tersebut lahir pada era Orde Baru, era dimana kolusi bisnis-politik begitu menggurita.

Hanya mempertimbangkan aspek formal-yuridis tanpa mempertimbangkan aspek kemaslahatan rakyat dengan agenda hak-hak ekosobnya justru memperlihatkan watak koersif dari kebijakan tersebut.

Apalagi kebijakan tersebut diambil tanpa mempertimbangkan baik proses komunikasi demokratis dengan segenap pemangku kepentingan maupun pelibatan rakyat sebagai pihak terdampak kebijakan.

Secara politis pun, ada dua hal yang juga mubazir dalam implementasinya yakni tidak tercipta konsensus politik dan terabaikan pula pemenuhan aspirasi dalam partisipasi rakyat didalamnya.

Kesadaran baru

Kasus reklamasi Pantai Jakarta beserta dengan polemik yang mengikutinya memunculkan kesadaran baru. Pertama, bahwa absolutisme bisa muncul dalam keadaan kelembagaan demokrasi hanya ketika kepentingan privat menjadi pertimbangan utama dalam kebijakan publik dibandingkan pertimbangan sosial dan kebaikan publik.

Kedua, bahwa kritik dan gugatan atas kebijakan tersebut bukanlah manifestasi dari sikap absolut-absolutan dalam menolak kepentingan pasar dan privat dalam realisasi kebijakan.

Kritik dan gugatan atas kebijakan tersebut adala upaya untuk menyeimbangkan tiga elemen kunci dalam corak kekuasaan demokrasi yakni hak dasar rakyat, kemerdekaan individu, peluang kolektif setiap warga untuk hidup lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com