Perilaku itu semakin mempertebal gelembung filter di dunia maya, yang membatasi kita mendapatkan jutaan informasi lain yang dihadirkan internet.
Semakin aktif kita bertahan dalam satu sudut pandang saja, maka tembok yang kita bangun akan semakin tebal. "Room" yang kita miliki tentu semakin sempit.
Sama seperti Jack, kita hanya memahami realitas berdasarkan apa yang kita temui. Lebih parah dari itu, yang kita temui pun terbentuk hanya yang berdasarkan kita percaya atau sekedar kita suka.
Pikiran kita memang dapat menghadirkan penjara bagi ruang gerak kita. Membiarkannya terbuka tentu membuat kita akan lebih merasa lapang, lepas, lega.
Membuat pikiran sedikit terbuka juga bukan proses mudah. Terkadang kita memang ingin percaya bahwa kebaikan itu melekat kepada satu entitas.
Saat memahami pada entitas itu ada suatu kekurangan, jika tak ingin disebut keburukan, di saat itulah rasa tidak nyaman terasa. Saat itulah ketakutan kita muncul.
Saat kita terbiasa dicekoki persepsi, realitas memang bisa menjadi momok menakutkan. Apa lagi pencarian akan kebenaran.
Hal yang sama pun dirasakan Jack ketika akhirnya terbebas dari kurungan "room".
"Ada begitu banyak hal di luar sana. Dan terkadang itu memang menakutkan. Tapi tidak apa-apa, karena bagaimana pun (realitas) itu hanya ada (tentang) kamu dan aku..."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.