Sepanjang hidupnya pangkat dan kedudukan tidak pernah amat berarti baginya. Satu-satunya yang sangat berarti adalah hidup dan bekerja dalam lingkungan yang dicintainya: Angkatan Udara,” demikian Soeriadi bercerita kepada istrinya.
Di zaman kolonial, cita-cita ini sulit tercapai kecuali ia masuk sekolah militer Breda (KMA) di Belanda. Padahal, pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan yang sangat diskriminatif bagi pribumi yang mengikuti seleksi calon kadet di Breda.
Pada masa Soeriadi Suryadarma hendak masuk ke KMA, hanya tersedia jatah satu kursi setiap tahun bagi pemuda pribumi yang ingin masuk sekolah kemiliteran Breda. Ini kemudian menjadi kerugian bagi pemerintahan kolonial Belanda, karena ketika Perang Pasifik (1937-1945) pecah, mereka miskin personil tentara yang cakap. Sedikit sekali perwira Indonesia lulusan Breda.
Perwira yang lain adalah tamatan Nood Akademie (Akademi Darurat) di Bandung, atau keluaran CORO Corps Opleiding Reserve-Officeren atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan, yang dianggap sebagai korps cadangan.
Sangat berbeda dengan politik kolonial Inggris terhadap negara jajahannya India, yang menghasilkan ratusan perwira dan penerbang lulusan Akademi Militer Sandhurst.
Sejarawan Sutrisno Kutoyo (1985) menulis, di kemudian hari jumlah mereka yang mengikuti pendidikan KMA Breda bertambah banyak. Lebih-lebih ketika Militaire Akademie Yogyakarta –yang sering disingkat MA Yogya- ditutup tahun 1950, sebanyak 27 orang tarunanya dikirim ke KMA Breda. Selain dari MA Yogya, sebagian taruna berasal dari Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) dan pelajar SMA Bagian B.
Demikianlah masa kecil sampai remaja Soeriadi Suryadarma. Masa kecil yang pedih tanpa kedua orang tua, tetapi sekaligus menempanya menjadi pribadi yang kuat dan mandiri. Ia penyendiri dan perenung, yang justru membuatnya dalam usia yang sangat muda sudah dapat menemukan minat dan tujuan hidupnya.
Pada bagian berikutnya, saya akan menuliskan masa Soeriadi Suryadarma memimpin dan membesarkan AURI dengan mengirimkan 60 perwira terbaik untuk menjalankan sekolah penerbang Di TALOA, Amerika Serikat, tahun 1959-1960.***
Sumber: Aku Sayap Tanah Air, Kisah Hidup dan Perjuangan Bapak AURI Soeriadi Suryadarma (Imelda Bachtiar, 2015) dan Saya, Soeriadi dan Tanah Air, Kisah Kehidupan Istri Bapak AURI Utami Suryadarma (Utami Suryadarma, ed. Imelda Bachtiar, 2012)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.