Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Imelda Bachtiar

Alumnus Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia (UI) tahun 1995 dan Pascasarjana Kajian Gender UI tahun 2010. Menulis dan menyunting buku bertema seputar memoar dan pemikiran tokoh berkait sejarah Indonesia, kajian perempuan, Peristiwa 1965 dan kedirgantaraan. Karyanya: Kenangan tak Terucap. Saya, Ayah dan Tragedi 1965 (Penerbit Buku Kompas-PBK, 2013), Diaspora Indonesia, Bakti untuk Negeriku (PBK, 2015); Pak Harto, Saya dan Kontainer Medik Udara (PBK, 2017); Dari Capung sampai Hercules (PBK, 2017).

Soeriadi Suryadarma dan AURI di Awal Indonesia Merdeka

Kompas.com - 07/04/2016, 16:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Apa dan bagaimana sebetulnya visi Bapak AURI Marsekal Soeriadi Suryadarma, yang kemudian menjadi peletak dasar pengembangan Angkatan Udara Republik Indonesia sejak awal berdirinya, 9 April 1946?

Pidato itu menggambarkan visi pengembangan AURI dalam 8 tahun pertama. Naskah pidato aslinya dimuat lengkap dalam buku Sewindu Angkatan Udara Republik Indonesia, 9 April 1946-9 April 1954 yang diterbitkan Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia, Biro Penerangan (MBAU, 1954).

Kegigihannya  dan kepercayaan dirinya yang kuat bahwa Indonesia yang baru merdeka ini tidak mustahil memiliki Angkatan Udara yang kuat, lahir dari tempaan masa kecilnya yang prihatin.

Masa kecil Bapak AURI ini tidak banyak diketahui orang, padahal justru masa kecillah yang membentuk pribadi seorang tokoh besar. Dari Soeriadi Suryadarma, generasi muda bisa memetik teladan, bahwa kemampuan memutuskan segala sesuatu dalam hidup seorang diri, ternyata manfaatnya sangat banyak di masa dewasa. Tak semua yang berawal pahit, akan juga berakhir pahit.

Masa Kecil yang Pahit dan Getir

Soeriadi, nama panggilan kanak-kanak Soeriadi Suryadarma, lahir di Banyuwangi pada tanggal 6 Desember 1912. Kota Banyuwangi kini adalah ibukota Kabupaten Banyuwangi yang terletak di ujung paling timur Provinsi Jawa Timur. Jaraknya 178 km ke arah Timur dari kota Surabaya, Ibukota Provinsi Jawa Timur.

Seperti yang dikisahkan kepada istrinya, Utami Suryadarma dalam Saya, Soeriadi dan Tanah Air (Yayasan Bung Karno, 2012), Soeriadi tak mengenal ibunya yang meninggal dunia sejak ia masih bayi. Tak berapa lama kemudian, ayahnya, R. Suryaka Suryadarma, seorang pegawai bank di kota Banyuwangi, juga meninggal dunia. Saat itu Soeriadi belum berusia lima tahun.

Keluarga Soeriadi masih keturunan Keraton Kanoman, Cirebon. Kakek buyutnya adalah Pangeran Zakaria, yang nama lainnya: Aryabrata. Pangeran Zakaria, salah satu keturunan langsung Sultan Kanoman.

Kakeknya -putra Pangeran Zakaria- adalah Dokter Pangeran Boi Suryadarma, yang di dalam memoar Utami Suryadarma ditulis sebagai Dokter Abdul Rahman Suryadarma. Dokter Boi Suryadarma seorang lulusan dokter di zaman STOVIA dan salah satu anggota perkumpulan Boedi Oetomo yang tersohor mempelopori pergerakan nasional di masa itu.

Tentang sosok pribadinya yang sangat mandiri dan penghargaan Soeriadi terhadap orang-orang yang mendidiknya sejak kecil, dituliskan begini dalam memoar Utami Suryadarma,

“Sosok pengganti ibu bagi Soeriadi kecil adalah saudara ipar kakeknya, yang ia panggil Eyang Putri. Ia sangat dekat dengan eyang putrinya. Bahkan di usia dewasa dan ketika sudah menikah, Soeriadi kemudian mengajak eyangnya tinggal selalu bersamanya. Juga ikut dengan mereka seorang anak perempuan eyangnya yang dipanggil “Bibi” oleh Soeriadi.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com