Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma sebagai military airbase merupakan subsistem dari alat utama sistem senjata (alutsista) angkatan perang. Kegiatan yang dilakukan di Pangkalan Udara Halim tidaklah semata latihan penerbangan yang hanya melibatkan pesawat terbang. Latihan juga melibatkan personel dari pasukan lintas udara (linud) dan perbekalan TNI Angkatan Darat serta Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara dengan jadwal latihan tertentu, antara lain penerjunan dan latihan pengamanan obyek vital nasional, serta penerbangan bantuan administrasi dan logistik.
Pangkalan Udara Halim adalah homebase dari skuadron linud berat Hercules, skuadron angkut ringan/sedang F-27 dan CN-235, serta skuadron VIP.
Semua awak pesawat dari skuadron-skuadron ini mempunyai jadwal yang penuh setiap tahunnya dengan kegiatan penerbangan yang sangat padat.
Sekali lagi, istilah padat dalam penerbangan sipil jauh berbeda dengan operasi penerbangan militer. Sekadar contoh, pada saat penerjunan pasukan di sekitar landasan, take off-landing-nya memang berjarak cukup jauh karena memberikan waktu yang cukup untuk pergerakan pasukan di bawah.
Keberadaan penerbangan sipil komersial di Halim sangat mengganggu jadwal latihan para pilot Angkatan Udara yang otomatis akan berakibat pada menurunnya kualitas tempur para pilot Angkatan Udara secara keseluruhan.
Di sisi lain, Pangkalan Udara Halim merupakan tempat dari Markas Besar Komando Pertahanan Udara Nasional, Markas Komando Operasi Angkatan Udara 1, Markas Komando Sektor Pertahanan Udara Ibukota, dan Markas Komando Pendidikan Angkatan Udara.
Tidak jauh dari situ, terdapat pula Markas Besar TNI Cilangkap. Kini, wilayah udara di atasnya sudah menjadi tempat berseliwerannya banyak sekali pesawat-pesawat terbang sipil komersial yang sama sekali tidak diketahui secara detail, siapa dan apa gerangan isinya.
Sungguh sudah menjadi sebuah kecerobohan fatal bagi aspek keamanan dari keberadaan instalasi strategis dan penting dari Negara Republik Indonesia. Sementara itu, perkembangan mutakhir dari antisipasi ancaman di tingkat global adalah ancaman terorisme yang merupakan ancaman yang berasal dari non-state actor.
Tidak mudah memang untuk dapat meyakinkan orang yang memang tidak paham. Sejak tahun 2010, sudah banyak rekomendasi dan saran tanggapan tentang bahayanya memindahkan tumpahan traffic hasil salah urus di Cengkareng ke Halim. Namun, hal tersebut tetap saja dilakukan, bahkan dengan penambahan rute baru.
Bila itu yang dilakukan dan kemudian pada Senin malam lalu terjadi kecelakaan, maka terminologi stupid menjadi sangat pantas untuk disandang.
Mudah-mudahan tidaklah juga separah seperti apa yang pernah dikemukakan seorang budayawan Yunani yang hidup pada masa sebelum Masehi bernama Euripides, yang mengutarakan bahwa "Talk sense to a fool and he calls you foolish". Bila Anda berupaya mengingatkan si tolol, maka bersiaplah Anda sendiri untuk dikatakan sebagai si tolol!
Jakarta, 7 April 2016
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.