Kepulauan Natuna tak hanya memiliki posisi strategis, tetapi juga memiliki keindahan alam dan budaya yang menjadi kekayaan tambahan daerah penghasil minyak dan gas itu.
John Pang, doktor asal Universitas Stanford yang mengajar di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Singapura, mengaku heran mengapa daerah seindah Natuna-Anambas tidak dibangun.
"Saya heran kenapa daerah seindah ini belum dibangun. Untuk pariwisata sangat menarik. Malaysia membangun wilayah pulaunya untuk pariwisata, seperti Langkawi dan Labuan Tioman," kata John Pang.
Saat Kompas berkunjung ke Natuna akhir 2015, terlihat rumah-rumah panggung warga. Warga membuat kolam budidaya ikan di laut sebagai sumber utama penghasilan mereka.
Ikan- ikan tersebut dijual kepada orang asing atau kapal nelayan asing yang selama ini datang ke Natuna.
Yang membuat hati miris, sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga saat ini, tak ada pasokan listrik memadai di wilayah tersebut.
Padahal, di Natuna, terdapat industri gas skala besar yang sebenarnya dapat menghidupi pembangkit listrik bagi wilayah yang berpenduduk 80.000 jiwa itu.
Saat ini ikan budidaya dan tangkapan masyarakat Natuna tidak bisa dijual ke kapal-kapal asing karena aturan pemerintah pusat. Pada saat yang sama, tidak ada gudang pendingin (cold storage) dan fasilitas pengolahan ikan karena ketiadaan listrik.
Praktis tidak ada sumber pendapatan bagi masyarakat Natuna yang hidupnya tergantung dari hasil laut. Ekonomi Natuna pun mati suri....