Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iqrak Sulhin
Dosen Kriminologi UI

Dosen Tetap Departemen Kriminologi UI, untuk subjek Penologi, Kriminologi Teoritis, dan Kebijakan Kriminal.

Adakah Narkoba di Lapas?

Kompas.com - 28/03/2016, 15:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Bila mengacu pada dokumen cetak biru, permasalahan ini cenderung dilihat sebagai puncak gunung es, dan berawal dari apa yang disebut dengan permasalahan struktural. Dalam hal ini pemasyarakatan berhadapan dengan masalah yang lebih mendasar, yaitu berkenaan dengan anggaran, jumlah dan kualitas sumber daya manusia.

Fungsi yang besar, tidak hanya sebagai bagian akhir dari sistem peradilan pidana (fungsi lembaga pemasyarakatan), namun juga berperan dalam tahap pre-adjudikasi dan adjudikasi (fungsi rumah tahanan dan balai pemasyarakatan), namun tidak ditopang oleh anggaran dan sumber daya manusia yang proporsional.

Hanya saja, bila melihat masih berlarut atau berulang-ulangnya masalah ini, pelanggaran di dalam rutan/lapas, baik yang dilakukan oleh narapidana maupun petugas adalah indikasi kuatnya budaya penjara.

Saya cenderung melihat budaya penjara ini dalam kerangka ‘realitas subjektif’ yang dijelaskan Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Konsep ini pada dasarnya menjelaskan tentang keterkaitan antara lingkungan dengan kondisi mental (kesadaran subjektif) manusia.

Pelanggaran-pelanggaran kecil yang awalnya sedikit, namun dilakukan berulang-ulang dan telah berlangsung dalam waktu yang sangat lama, berubah menjadi sebuah budaya atau kesadaran subjektif.

Dampak terburuk dari kondisi ini adalah pelanggaran dianggap biasa atau normal. Orang yang tidak melanggar sangat mungkin dianggap naif. Bilapun ia tetap tidak ingin melakukan pelanggaran, namun karena berada dalam lingkungan yang sama, maka setidaknya ia akan ‘diam’ saja.

Dalam kerangka ini, tidak mengherankan bila muncul reaksi keras terhadap faktor yang sewaktu-waktu merusak kebiasaan tersebut. Katakanlah adanya perubahan kebijakan atau seperti yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi dengan melakukan penggeledahan untuk menemukan kemungkinan adanya pelanggaran berkaitan dengan narkoba.

Dalam logika awam, bila tidak salah atau tidak menyimpan sesuatu yang salah, mengapa harus melawan? Biarkan saja penggeledahan itu berlangsung sehingga dapat membuktikan bahwa memang tidak ada narkoba di dalam rutan/lapas.

Cetak biru 2009 sebenarnya telah dijadikan momentum oleh Sistem Pemasyarakatan Indonesia (tidak hanya Lembaga Pemasyarakatan) untuk kembali berbenah.

Publik perlu mengetahui bahwa memang saat ini Pemasyarakatan Indonesia memiliki fungsi yang besar namun difasilitasi secara kurang proporsional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com