Dengan latar tersebut, lanjut Sonny, salah satu persyaratan bagi para eks gepeng untuk tinggal di permukiman ini adalah tidak akan kembali menjadi gepeng. Jika syarat itu dilanggar, fasilitas yang didapat akan dicabut untuk diserahkan kepada eks gepeng lain.
“Mereka (penerima rumah) berjanji untuk serius menekuni wirausaha dan meninggalkan kehidupan di jalanan,” ujar Sonny.
Sebelum memberikan bantuan berupa permukiman, Kementerian Sosial dan pemerintah daerah sudah terlebih dahulu memberikan pelatihan pemberdayaan ekonomi. Di antara pelatihan dan pemberdayaan itu adalah memulai usaha pembuatan makanan dan kerajinan tangan.
Harapan yang disampaikan Khofifah pun bersambut. Dwi (38), salah satu penerima bantuan yang ditemui Kompas.com di lokasi, berharap program ini menjadi kesempatan bagi dia dan para eks gepeng lain untuk berdaya dan tak dijauhi masyarakat.
"Saya senang dapat rumah dari program ini,” ujar Dwi.
Terintegrasi dan menyeluruh
Dalam berbagai kesempatan terpisah, Khofifah kerap menyatakan, pengentasan kemiskinan butuh solusi terintegrasi dan menyeluruh.
"(Itu kenapa) kami mendahulukan program vocational, baru kemudian program fisik," ujar Khofifah, antara lain saat meletakkan batu pertama program perbaikan rumah tak layak huni (RTLH) di Kota Malang, Minggu (13/3/2016).
Pemberdayaan, ungkap Khofifah, dilakukan secara bertahap. Lewat program keluarga harapan (PKH), misalnya, anak-anak penerima PKH dipastikan mendapat fasilitas Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan sekeluarga memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Dengan kedua kartu itu, anak-anak dari keluarga miskin diharapkan bisa sekolah dan kelak memperbaiki perekonomian keluarganya seiring kondisi kesehatan keluarga yang membaik.
Namun, kata Khofifah, penerima PKH yang rata-rata masuk kategori keluarga sangat miskin akan kesulitan memiliki rumah layak huni, terutama bagi kesehatan.
Saat itu, rencana relokasi para eks gepeng di Kota Malang juga sudah diungkapkan Khofifah. (Baca: Eks Badut Jalanan di Malang Segera Dapat Bantuan Rumah). Dia menyebut upaya sinergi semacam itu sebagai "gendong bareng" mengatasi persoalan sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.