Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zuhairi Misrawi
Ketua Moderate Muslim Society

Intelektual Muda Nahdlatul Ulama dan Ketua Moderate Muslim Society. Pernah mondok selama 6 tahun di Pondok Pesantren al-Amien, Prenduan. Menyelesaikan kuliah di Jurusan Akidah-Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Menerbitkan sejumlah buku. I Akun twitter @zuhairimisrawi

Islam Nusantara, Islam Kaffah

Kompas.com - 19/03/2016, 10:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata
Baru-baru ini, seorang peneliti dari Jurnal OASIS, Italia, ingin menulis tentang Islam di Indonesia. Pertanyaan mendasar yang diajukan kepada saya: Apa yang secara mendasarkan, yang membedakan antara ekspresi keberislaman di Timur-Tengah dan Indonesia?

Apa sebenarnya yang diajarkan di pesantren-pesantren, sehingga Islam di Indonesia lebih toleran dan lebih ramah dari pada Islam di Timur-Tengah?

Terus-terang, saya sangat senang, karena Islam di negeri ini mulai diapresiasi oleh Barat. Di tengah kebencian yang membuncah terhadap Islam, khususnya jika melihat kampanye Donald Trump yang tidak bersahabat dengan Islam.

Saya percaya, pada ranah akademis sebenarnya studi keislaman mengalami perkembangan yang sangat signifikan, bersamaan dengan munculnya studi keislaman yang makin beragam.

Sementara pada ranah politis, Islam masih kerap dianggap sebagai momok yang menakutkan akibat mencuatnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Kembali kepada pertanyaan peneliti tadi, saya menjawab, bahwa para ulama di masa lalu telah merumuskan paradigma keislaman yang sangat sempurna. KH. Hasyim Asy’ari merumuskan konsep keislaman yang kemudian dijadikan pedoman oleh Nahdlatul Ulama.

Dalam ranah teologi, NU menganut teologi moderasi ala Imam Asy’ari dan Imam al-Maturidi. Dalam ranah hukum, NU menganut empat mazhab kaum Sunni, yaitu Imam Syafi’, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Sementara dalam ranah tasauf, NU merujuk pada Imam al-Ghazali dan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Saya tegaskan kepada peneliti tadi, rumusan ini telah menjadikan umat Islam di Indonesia, khususnya NU berada pada jalur moderasi, karena semua ranah dipelajari dengan baik dan menggunakan rujukan yang bersifat otoritatif.

Karena itu pula, kalau mau jujur, yang berhak mendapatkan label Islam Kaffah sebenarnya NU, bukan kelompok lain yang selama ini mengaku dirinya paling benar atau paling Islam.

Meskipun demikian, saya tegaskan bahwa para santri di pesantren diajarkan agar senantiasa mempunyai kearifan dan kedewasaan dalam beragama.

Seperti para ulama di dalam kitab-kitab kuning, selalu mengakhiri pendapatnya dengan ungkapan, Wallahu a’lam bi al-shawab (hanya Tuhan yang Mahabenar).

Sepanjang wawancara, peneliti asal Italia tadi sangat terkesima dengan penjelasan saya. Ia meminta agar pemikiran keislaman ala NU tersebut dapat disebarluaskan ke Timur-Tengah dan Barat, khususnya Eropa yang belakangan ini mengalami pertumbuhan kaum Muslim yang sangat signifikan.

Saya juga menegaskan, bahwa sebenarnya NU saat ini sedang gencar mengampanyekan paradigma Islam Nusantara ke dunia internasional. Yaitu Islam yang ramah dan toleran terhadap keragaman, serta menghargai tradisi lokal.

Lalu ia penasaran bertanya lagi, “Apa itu Islam Nusantara?”

Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj dalam pembukaan Muktamar NU ke-33 di Jombang, ada beberapa karakteristik dari Islam Nusantara: Pertama, semangat keagamaan (al-ruh al-diniyyah). Semangat keagamaan yang dimaksudkan bukan untuk mengedepankan formalisasi agama, melainkan mengutamakan akhlaqul karimah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com