"Ada surat kabar yang menuliskan tentang orang yang berpenyakit megalomania," tutur Soekarno.
Soekarno tidak membantah tuduhan itu. Dia malah menjelaskan bahwa megalomania itu harus dimaknai sebagai keinginan untuk menciptakan "kebesaran" dan "kemegahan".
Modern dan Monumental
Dikutip dari buku digital Rumah Silaban (mAAN Indonesia Publishing/2008), sebagai seorang insinyur, Soekarno menjadikan arsitektur sebagai "narasi" dalam perjuangan memulai bangsa baru, yang maju, bebas, serta progresif.
Karena itu Soekarno lebih menyukai gaya arsitektur modern. Hal ini dilakukan untuk lepas dari gaya arsitektur yang dianggapnya berbau "kolonialisme Belanda".
Persentuhan Soekarno dengan arsitektur modern juga semakin melekat saat magang di kantor Wolff Schoemaker. Arsitek Belanda itu memang dikenal ingin membawa modernisme Indonesia, dalam sebuah gaya yang didefinisi sebagai "Arsitektur Indis".
Namun, ada faktor lain yang menjadi pertimbangan Soekarno memilih gaya modern. Bermacam etnisitas yang ada di Indonesia membuat Soekarno menganggap bahwa gaya arsitektur modern bersifat netral, ketimbang menonjolkan etnisitas tertentu.
Selain modern, Soekarno dikenal menyukai sesuatu yang monumental. Bermacam hal yang monumental dianggap sebagai cara Soekarno untuk menyebarkan idenya, sehingga lebih mudah dipahami massa.
Tidak heran jika kemudian Silaban diberi ruang untuk menghadirkan karya yang modern dan monumental di era Soekarno.
Setelah menghasilkan Gelora Bung Karno, Monumen Nasional (bersama RM Soedarsono), dan Kantor Pusat Bank Indonesia, Silaban pun diberi kesempatan untuk menggarap Masjid Istiqlal.
Meski begitu, Silaban tidak begitu saja dipilih sebagai arsitek perancang Istiqlal. Silaban dipilih setelah melalui proses sayembara dengan dewan juri yang dipimpin Soekarno.
Adapun anggota juri lain adalah Prof Ir Rooseno, Ir H Djuanda, Ir Suwardi, Hamka, Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Silaban jadi pemenang sayembara berhadiah uang Rp 25.000 dan emas murni 75 gram, dengan rancangan yang berjudul "Ketuhanan".
Sejak saat itu, proses pembangunan Istiqlal menjadi masjid yang diidamkan Soekarno pun dimulai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.