Dipuji lalu dijatuhkan
Empat tahun setelah memimpin PAN, kerenggangan hubungan antara Soetrisno dengan Amien mulai mencuat jelang pelaksanaan pemilihan presiden 2004. Kedua orang ini memiliki arah politik yang berbeda.
Pada saat itu, Soetrisno ingin membawa PAN berkoalisi dengan Partai Gerindra. Tris, demikian dia disapa, ingin menjadi calon wakil presiden bagi Prabowo Subianto.
Hasil Rakernas jauh dari harapan Soetrisno karena PAN sepakat untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat. Calon wakil presiden pun menjadi Hatta Rajasa, bukan Soetrisno yang dianggap lebih layak karena memiliki posisi sebagai ketua umum.
Soetrisno tak mengakui hasil rakernas itu. Dia menyatakan rakernas itu bisa berubah dengan rakernas lanjutan di Jakarta yang akhirnya tak pernah diadakan.
Pada Mei 2009, mulai berhembus isu mundurnya Soetrisno dari PAN. Namun, hal itu tidak terjadi, Soetrisno tetap meneruskan jabatannya sampai akhir periode.
Baru pada 24 Agustus 2010, Soetrisno akhirnya menyatakan resmi mundur dari PAN dan langsung menarik diri dari dunia politik.
“Saya mundur untuk menghilangkan kesan atau menepis kecurigaan bahwa saya akan mengambil alih partai. Kalau saya mundur, semua akan tenang dan senang tentunya. Mundurnya saya ini juga bukan dilandasi niat buruk karena tidak ada niat sedikit pun untuk menjatuhkan kepemimpinan PAN saat ini. Malah sebaliknya, saya berharap PAN bisa lebih maju,” ujar Soetrisno kala itu.
Menurut Soetrisno, keputusannya ini bukanlah keputusan sesaat atau emosional. Pasalnya, semua langkah sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara mendalam.
”Partai politik sebelumnya memang diperkirakan bisa menjadi jalan untuk mendorong kemandirian bangsa. Namun, dalam perjalanan dan praktiknya, keinginan untuk mendorong kemandirian bangsa secara ekonomi dan bermartabat sebagai bangsa amat sulit,” ujarnya.
Setelah lama tak muncul di publik, Soetrisno pada tahun 2012 kembali mengungkit pengalaman pahitnya selama memimpin PAN saat memberikan pengarahan kepada kader PII Jawa Barat.
"Pengalaman saya di partai politik itu lebih banyak dosa daripada pahalanya, kira-kira seperti itu," kata Soetrisno.
Begitu kelamnya pengalaman Soetrisno di PAN, dia bahkan menyebut keputusannya keluar dari partai politik seperti keluar dari kegelapan. “Saya keluar dari partai itu seperti diselamatkan dari kegelapan menuju ke cahaya," katanya.
Halaman 3: "Come back"