Konsorsium ini diharapkan mampu menciptakan sistem manajemen kebencanaan yang mengantisipasi terjadinya bencana, seperti bencana asap.
Menurut Menteri Riset dan Teknologi M Nasir, penelitian yang dilakukan perguruan tinggi selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal dalam menanggulangi bencana.
Penelitian yang dihasilkan perguruan juga belum efektif mengantisipasi datangnya bencana. Oleh karena itu, Nasir berharap bahwa konsorium ini nantinya menciptakan sistem manajemen kebencanaan yang berkaitan dengan langkah antisipatif serta pemulihan setelah bencana.
Salah satu langkah prabencana yang dapat dilakukan di antaranya kanalisasi lahan gambut serta sosialisasi pencegahan kebakaran lahan.
Sementara itu, langkah pemulihan yang dapat dilakukan misalnya melalui reboisasi dengan menggunakan tanaman yang mampu menyimpan air dalam kadar tinggi.
"Manajemen bencana ketika bencana itu terjadi misalnya bagaimana langkah menyelamatkan masyarakat agar mereka merasa aman," ujar Nasir.
Ia juga menyampaikan bahwa konsorium ini akan menerapkan sistem cluster atau pengelompokan tema penelitian.
Artinya, setiap perguruan tinggi akan memiliki spesialisasi tersendiri dalam mengatasi persoalan bencana.
Di samping itu, kata dia, konsorsium ini akan melibatkan para ahli hukum. Sebab, ada dugaan keterlibatan perusahaan dalam sejumlah kasus kebakaran lahan selama ini.
Nasir juga mengatakan bahwa pembentukan konsorsium ini diharapkan rampung pada Desember tahun ini.