Kedua, sejak lama hubungan antarnegara di bagian utara, seperti Tiongkok-Jepang, Tiongkok-Taiwan, serta Korea Utara- Korea Selatan punya potensi besar memanas jadi konflik bersenjata.Tetapi sampai beberapa tahun lalu, hanya sedikit pihak yang memprediksi bahwa peta imajiner nine-dash line yang dikemukakan Tiongkok sejak 2009 punya efek politis dan militer kuat. Ini setelah perekonomian negara terbanyak penduduknya di dunia ini menjadi begitu maju dan secara otomatis menyebabkan belanja pertahanan mereka juga membesar. Belanja militer yang masif menjadikan kekuatan angkatan bersenjata Tiongkok mampu hadir di LTS yang bahkan membuat AS cemas.
Kondisi ketiga yang juga harus diwaspadai adalah perang siber. Dalam banyak kasus, perang siber menjadi perang masa depan karena menggabungkannya dengan perang asimetris sehingga menjadi sebuah kombinasi yang sangat ampuh sekaligus ditakuti. Salah satu pihak yang memanfaatkan media sosial secara sangat canggih adalah NIIS, mulai dari menarik simpati, melakukan perekrutan tenaga baru, hingga menabur ancaman. Perang siber tak menggunakan senjata konvensional, tetapi mampu menimbulkan kerusakan yang serius pada eksistensi sebuah negara dan masyarakatnya.
Ke depan
Langkah pertama TNI/Kemhan tentu menyesuaikan proyeksi ancaman serta postur pertahanan berdasarkan dinamika teranyar ketiga hal yang di atas.
Sebagai contoh, program pembelian alutsista baru harus bisa menjawab bagaimana kita mampu memproyeksikan kekuatan di wilayah Kepulauan Natuna. Apakah kita akan memperkuat pangkalan udara di sana, apakah kita perlu menambah skuadron pesawat tempur di Pontianak, dan pangkalan patroli udara di Pulau Bintan. Apakah kita harus menempatkan skuadron pesawat intai tanpa awak (drones) di salah satu pulau di Natuna? Dan, apakah juga kita membeli kapal selam canggih kelas Kilo.
Kedua adalah tindakan luar biasa dan out-of-the-box dalam menentukan alokasi dana untuk belanja pegawai. Selama beberapa tahun terakhir, 60 persen anggaran Kemhan habisuntuk belanja pegawai, hanya 15 persen yang tersisa untuk membeli alutsista baru. Apabila Presiden tidak menetapkan zero growth bagi penambahan personel TNI karena belum terpenuhinya pagu kekuatan minimal, Menhan bersama Panglima TNI tentu harus punya argumentasi kuat agar DPR menyetujui tambahan anggaran yang memadai.
Ketiga, melakukan inovasi jangka menengah dan panjang dalam penyiapan alutsista yang tepat serta mengembangkan dan memanfaatkan keberadaan industri pertahanan dalam negeri secara optimal. Apabila Indonesia sudah mantap dengan pilihan pesawat Sukhoi SU-35 sebagai pesawat tempur pengganti F-5E, harus dijamin Rusia memberikan sebagian komponennya bisa dibuat di Indonesia. Program pembuatan kapal selam bekerja sama dengan Korea Selatan juga contoh yang baik bagaimana nantinya PT PAL mampu membuatnya secara mandiri. Demikian pula PT Pindad mampu menyempurnakan panser Anoa serta membuat tank yang sesuai kebutuhan TNI AD.
Kini TNI telah berusia 70 tahun. Selama periode itu pula TNI telah membuktikan mampu melaksanakan tugas pokok dan misinya secara baik, tentu saja dengan banyak kekurangan di sana-sini. Tantangan 70 tahun ke depan masih penuh misteri, tetapi saya yakin kita mampu melewati masa depan yang tidak ringan ini dengan mengambil hikmah dan pelajaran perjalanan 70 tahun yang telah dilalui.
Luhut B Pandjaitan
Menko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "TNI Menuju 70 Tahun Kedua".