Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waketum Peradi: Watak Keras Adnan Buyung Patut Diteladani Pengacara

Kompas.com - 23/09/2015, 17:58 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Achiel Suyanto menilai, sikap keras yang dimiliki sosok pengacara senior Adnan Buyung Nasution patut diteladani oleh para pengacara di Indonesia dalam menjalankan profesinya.

"Watak keras yang menggambarkan konsistensi dan keberanian memang menjadi ciri khas beliau dalam menjalankan profesinya yang perlu dimiliki oleh pengacara-pengacara zaman sekarang," kata Achiel di Yogyakarta, Rabu (23/9/2015), seperti dikutip Antara.

Menurut Achiel, watak keras serta konsistensi Adnan Buyung terlihat sejak ia menduduki peran sebagai ketua umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), khususnya pada saat membela para korban hak asasi manusia (HAM) kasus Komando Jihad pada tahun 1980-an. (Baca: Cerita Ruhut soal Keinginan Adnan Buyung Main Film)

"Watak keras dan keberanian beliau terlihat saat saya bersama-sama dengan beliau, satu tim dalam mengadvokasi korban pelanggaran HAM dalam kasus Komando Jihad pada era Orde Baru," kata Achiel yang juga Tim Hukum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu.

Menurut dia, watak keras dan berani memang perlu dimiliki para advokat saat ini. Hanya dengan kepribadian seperti itu, menurut dia, advokat tidak akan gampang diarahkan dan teguh pendirian dalam membela keadilan yang terkait dengan kasus-kasus kakap. (Baca: Abang Buyung di Mata Bambang Widjojanto...)

"Dalam dunia profesi sebagai advokat memang harus keras, kalau tidak maka akan mudah dibelokkan ketika menghadapi kasus-kasus besar, apalagi mendapatkan teror," kata dia.

Selain itu, menurut dia, Adnan juga dikenal tidak memilah-milah dalam memberikan pelayanan pembelaan hukum mulai dari kasus yang dialami masyarakat biasa, tentara, bahkan lawan politik, tanpa mengutamakan urusan finansial. (Baca: Adnan Buyung Menulis Pesan Terakhirnya Sambil Menangis...)

"Kalau advokat sekarang, masih banyak yang lebih condong pada orientasi finansial dalam memberikan pembelaan hukum," kata dia.

Adnan Buyung meninggal dunia di RSPI pada Rabu sekitar pukul 10.15 WIB, pada umur 81 tahun. Adnan diketahui mulai dirawat sejak pekan lalu.

Salah satu anak Buyung, Pia Akbar Nasution, sebelumnya menuturkan bahwa pada awalnya ayahnya dirawat di rumah sakit karena mengalami sakit pada giginya. (Baca: Yusril: Pak Adnan Buyung Manusia Teguh Pendirian...)

Adnan Buyung yang sudah menderita gagal ginjal sejak Desember 2014 itu kemudian harus mengalami perawatan lebih lanjut setelah menjalani pencabutan gigi.

Pasca-operasi gigi, Adnan enggan untuk makan. Karena tidak ingin makan, asam lambung Adnan Buyung pun naik. Hal itu berdampak pada fungsi ginjal, lalu merembet ke paru-paru.

Sejak Sabtu (19/9/2015) malam, Adnan dirawat di ICCU karena debar jantungnya kencang. Di tubuhnya memang sudah dipasang delapan ring dan satu kali bypass karena masalah jantung. (Baca: Selama Dirawat, Adnan Sempat Sadar dan Minta Sop Buntut)

Saat masuk ke ICCU, Adnan Buyung belum memakai alat bantu. Kondisinya melemah. Tensi darah dan pasokan oksigen menurun. Pada Minggu pagi, akhirnya alat bantu pun dipasang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Nasional
Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Nasional
Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Nasional
Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Nasional
Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

Nasional
Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com