Karakter ketiga, petahana mencoba maju ke jenjang jabatan lebih tinggi, seperti dialami Wali Kota Banjarmasin Muhidin yang bertarung memperebutkan kursi gubernur Kalimantan Selatan lewat jalur perorangan melawan dua pasangan calon yang didukung gabungan parpol.
Konflik dengan partai
Adapun karakter keempat, petahana maju karena berkonflik dengan partai pengusung pada periode pertama. Hal ini boleh jadi bisa ditemukan pada kasus Bupati Pesawaran di Lampung, Aries Sandi Darma Putra. Pada periode pertama, dia diusung PAN. Namun, pada pilkada kali ini, PAN memilih bergabung dengan PDI-P, Demokrat, Gerindra, dan PKS mendukung duet anggota DPRD Provinsi Lampung, Dendi Ramadhona dan anggota DPRD Kabupaten Pesawaran, Eriawan. Selain itu, juga ada dua pasangan calon yang juga maju dari jalur perorangan.
Tentu motivasi sesungguhnya para petahana itu berpindah haluan tidak tunggal. Namun, akan menarik melihat bagaimana pusaran politik di daerah menentukan karier politik mereka.
Mampukah para petahana melawan mesin partai? Kita tunggu jawabannya setelah 9 Desember nanti. (Antony Lee)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 September 2015, di halaman 4 dengan judul "Ketika Petahana Memilih "Berkeringat" di Jalur Perseorangan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.