Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep HAM Masih Elitis

Kompas.com - 07/09/2015, 15:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS - "Ku bisa tenggelam di lautan; Aku bisa diracun di udara; Aku bisa terbunuh di trotoar jalan; tapi aku tak pernah mati; Tak akan berhenti." Itulah penggalan lirik grup musik indie Efek Rumah Kaca untuk Munir, aktivis hak asasi manusia. Meski ia telah pergi sejak 11 tahun lalu, semangatnya terus hidup dan tetap terpelihara hingga hari ini.

Adalah Museum Omah Munir, sebuah museum yang didirikan di rumah Munir di Kota Batu, Jawa Timur, sejak 8 Desember 2013 yang terus akan jadi penanda untuk merawat ingatan tentang perjuangan Munir. Di Omah Munir, problem-problem kemanusiaan lain yang belum terselesaikan pun didokumentasikan.

Tak hanya menolak lupa, Omah Munir pun aktif menyosialisasikan hak asasi manusia (HAM) ke berbagai kalangan, termasuk di antaranya kepada para generasi muda. Mereka mengadakan uji coba (piloting) simulasi pengayaan HAM pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sejumlah sekolah menengah pertama (SMP). Mereka membuat modul khusus HAM yang diluncurkan beberapa waktu lalu di Bogor, Jawa Barat, dan Malang, Jawa Timur.

"Menyenangkan," ujar Adristi Marsalma (14) dan Aneke Enggar (12), siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Batu, Jawa Timur, saat mengingat simulasi HAM yang diselenggarakan Omah Munir.

Menurut Adristi, metode belajar HAM oleh Omah Munir dilakukan sambil bermain (learning fun) sehingga tidak membuatnya bosan. Rasanya berbeda dengan belajar konvensional melalui buku dan penjelasan guru semata.

Selain siswa diajak mengenal dan mengamati HAM secara umum, modul itu juga menyuguhkan contoh korban pelanggaran HAM di Indonesia. Ada nama Munir Said Thalib, aktivis buruh Marsinah, dan Syafrudin (Udin), jurnalis harian Bernas, ketiganya meninggal akibat dibunuh dan kasusnya belum terungkap hingga sekarang.

"Kalau nama Munir sudah pernah dengar. Marsinah dan Udin (sebelum kegiatan piloting) belum pernah dengar," kata Adristi.

Tut Priyani, guru mata pelajaran PPKn SMP Negeri 1 Batu, mengatakan, keberadaan modul pengayaan membantu guru dan siswa dalam pembelajaran HAM. Metodenya menarik dan menyenangkan. Kedalaman materi dan aktivitasnya sesuai dengan kurikulum 2013. Alat bantu simulasi, seperti topeng Munir, Marsinah, dan Udin, serta kartu sejarah HAM dan bahan untuk drama, tersedia memadai.

"Langkah yang ada dalam modul sudah aplikatif dan mudah dilakukan," ujarnya.

Modul pengayaan PPKn setebal 30 halaman itu berisi empat pokok bahasan, yaitu pengenalan HAM; HAM, Pancasila, dan UUD 1945; HAM di Indonesia; dan HAM di sekitar kita.

Internalisasi nilai HAM

Direktur Omah Munir, Salma Safitri AR, mengatakan, apa yang dilakukan Omah Munir adalah memperkaya substansi materi tentang HAM yang telah diajarkan dalam kurikulum yang ada. Materi HAM di dalam kurikulum dianggap masih kurang dan modul yang dibuat oleh Omah Munir disampaikan dengan metode yang lebih menarik, fun learning.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com