"Satelit untuk pemantauan dalam hal apapun, pertanian kita, cuaca, maritim, semuanya akan sangat bermanfaat. Saya kira fungsi-fungsi ini yang ke depan dikembangkan LAPAN," kata Jokowi, seusai meresmikan pelepasan Satelit LAPAN A2/Orari di Pusat Teknologi Satelit Lapan, Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/9/2015).
Sebagai bentuk dukungan, Jokowi berjanji akan meningkatkan anggaran penelitian untuk LAPAN. Penambahan anggaran akan dikonsultasikan dengan Menteri Keuangan dan diharap fokus pada teknologi yang implementatif dan memberikan manfaat nyata.
"Yang dibutuhkan dalam visi kita ke depan, baik untuk pangan, energi dan maritim. Fokusnya ke sana," ungkap Jokowi.
Satelit LAPAN A2/Orari yang pada hari ini resmi dilepas oleh Jokowi akan dikirim ke India, Jumat (4/9/2015), untuk diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, akhir September mendatang. LAPAN A2 akan ditumpangkan pada roket India bermuatan utama satelit astronomi Astrosat.
Para perekayasa satelit LAPAN itu berusia 30-40 tahun dan sebagian juga terlibat membuat satelit LAPAN A1/TUBSat, yang diproduksi dan dibantu ahli Jerman, dan satelit Telkom 3. Proses uji LAPAN A2 memanfaatkan fasilitas lembaga penelitian lain. Uji getar di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan uji kompatibilitas elektromagnetik menggunakan peralatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Satelit LAPAN A2 adalah satelit mikro berdimensi 50 x 47 x 38 sentimeter dan berbobot 78 kilogram. Meski kecil, tapi kemampuannya besar. Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menuturkan, LAPAN A2 adalah satelit dengan 80 persen eksperimental, dan 20 persen operasional. Orbit A2 berada pada ketinggian 650 kilometer (km) dari muka Bumi, lebih tinggi 20 km dari satelit LAPAN A1. Bedanya, A2 satelit ekuatorial atau mengelilingi bagian khatulistiwa Bumi, bukan satelit polar yang mengelilingi kutub Bumi seperti satelit A1.
Keunggulannya, satelit ekuatorial akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali sehari, sedangkan satelit polar hanya 4 kali sehari. Satelit A2 dilengkapi sejumlah instrumen yang lebih baik daripada A1, seperti kamera digital dan kamera video analog untuk memotret muka Bumi beresolusi 4 meter dan lebar sapuan 7 km. Resolusi kamera A1 hanya 6 m dan lebar sapuannya 3,5 km. Kamera itu bisa untuk memantau perubahan tata guna lahan. Instrumen lain adalah Automatic Identification System (AIS) untuk memantau pergerakan kapal laut, eksplorasi sumber daya laut dan perikanan, serta operasi keamanan laut.
Selain itu, satelit juga dilengkapi voice repeater dan automatic packet reporting system (APRS) untuk mitigasi bencana menggunakan radio amatir. APRS bisa digunakan untuk penjejakan obyek bergerak, seperti memantau banjir dan perubahan tinggi muka air laut dan pergerakan manusia sehari-hari.
"Nanti (satelit) Lapan A3 direncanakan tingkat operasionalnya 40 persen, bisa pantau pertanian dan kapal," ucap Thomas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.