Di Desa Jatirejo dan Tambakboyo, Kecamatan Tikung, Lamongan, telaga penampung air pun kering. Sebagian besar lahan dibiarkan tak ditanami.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Dinas Pengairan Lamongan Handoyono menyebutkan, kapasitas 44 waduk dan rawa di kabupaten itu kini tinggal 35,8 juta meter kubik atau 32,38 persen dari kapasitas total 110,6 juta meter kubik. Sebanyak 23 waduk sudah kering.
Bupati Lamongan Fadeli meminta dinas pengairan mengatur sumber daya air, khususnya waduk yang masih berair. Pemerintah Kabupaten Lamongan juga memberikan bantuan pompa air untuk petani.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Jember H Abdullah Halim menjelaskan, lahan pertanian di daerah itu pun terancam kekeringan. "Agar ketersediaan air cukup untuk tanaman jagung dan kedelai, hampir di setiap lahan milik petani dibuat sumur pantek sedalam 6 meter," ujarnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jatim Sudharmawan menuturkan, kekeringan yang melanda Jatim sejak medio Juli lalu terus meluas. Tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga kehidupan masyarakat. Warga di 196 desa dari 8.505 desa/kelurahan di provinsi itu kini kesulitan mendapatkan air bersih. Desa itu tersebar di Kabupaten Bangkalan, Bojonegoro, Lamongan, Blitar, Sumenep, dan Pamekasan.
PLTA berhenti
Di Mataram, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Husnul Fauzi mengatakan, provinsi itu memerlukan tambahan embung di cekungan potensial agar kekeringan tak terus mendera petani. Pengerukan diperlukan agar sekitar 3.000 embung yang saat ini ada dapat berfungsi optimal sebagai kantong air.
"Berapa pun pompa air yang kami distribusikan, apabila air yang ditarik tidak ada, celakalah itu," katanya. Menurut Husnul, banyak lokasi cekungan di 10 kabupaten/kota di NTB yang berpotensi dijadikan embung.
Husnul mengatakan, sejauh ini kekeringan melanda 4.046 ha tanaman pangan di NTB. Lahan yang puso mencapai 353 ha. Tahun lalu, lahan padi yang puso di NTB seluas 3.427 ha.
Kekeringan juga menyebabkan volume Waduk Sempor dan Wadaslintang di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, susut hingga 75 persen. Akibatnya, empat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang mengandalkan sumber air dari waduk itu berhenti beroperasi. Aliran air dari dua waduk yang menjadi sumber energi PLTA dihentikan untuk menghemat cadangan air dan perawatan saluran irigasi.
Menurut Kepala Bidang Irigasi Dinas Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kebumen Muchtarom, empat PLTA berhenti operasi mulai 1 Agustus. PLTA itu adalah PLTA Wadaslintang berkapasitas 16 megawatt (MW), PLTA Sempor (1,1 MW), PLTA Pajengkolan (1,4 MW), dan PLTA Merden (400 kilowatt).
"Empat PLTA itu tak beroperasi karena penyaluran air dari Waduk Wadaslintang dan Sempor dihentikan mulai 1 Agustus besok. Otomatis PLTA yang digerakkan oleh aliran irigasi waduk juga berhenti," katanya.
Muchtarom mengatakan, stok air waduk di Kebumen menurun. Waduk Sempor yang bervolume maksimal 38 juta meter kubik kini hanya sekitar 9,16 juta meter kubik dengan elevasi 55 meter. Adapun Waduk Wadaslintang, jika volume maksimal 388 juta meter kubik, kini menurun menjadi 231,4 juta meter kubik dengan elevasi 168,6 meter.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kebumen Machasin mengatakan, saat ini, lahan sawah di kabupaten itu tidak terlalu membutuhkan banyak air karena tinggal menunggu panen. (raz/aci/gre/WER/NIK/KOR/SIR/CHE/CAS)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Juli 2015, di halaman 1 dengan judul "111.000 Ha Lahan Kekeringan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.