"Saya melihat tidak akan ada lagi KMP (Koalisi Merah Putih) versus KIH (Koalisi Indonesia Hebat) Desember mendatang," ujar Nico dalam diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/7/2015).
Alasan utamanya sebut dia, karena seluruh partai politik di Indonesia ini tidak memiliki ideologi yang kuat dan aktivitas mereka hanya didasarkan pada pragmatisme, bahkan cenderung terkesan oportunis. Parpol di daerah hanya mengejar kemenangan.
Alasan selanjutnya, sebut Nico, hanyalah alasan teknis. Misalnya, ada partai politik yang tidak memungkinkan mencalonkan bakal calon kepala daerah sendiri sehingga mengharuskan berkoalisi dengan parpol lain. "Tembok tinggi itu tidak ada lagi di daerah," ujar Nico.
Situasi ini, lanjut Nico, bisa berarti positif, tetapi juga bisa memiliki dampak negatif. Akan jadi positif jika dilihat koalisi KMP dengan KIH ini mendukung stabilitas politik di tingkat nasional. Namun, bisa jadi negatif jika koalisi hanya dibangun atas dasar pragmatisme.
"Namun, yang laik disorot proses seleksinya. Parpol-parpol itu tidak hanya menyeleksi para calon kepala daerah, namun juga menyeleksi rekan koalisi," ujar Nico.
Pemerintah akan menggelar pilkada secara serentak pada 9 Desember 2015. Ada 269 daerah yang akan mengikutinya yakni 224 pemilihan bupati dan wakil bupati serta 36 pemilihan wali kota dan wakil wali kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.