Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesta Rakyat di Hajatan Anak Presiden

Kompas.com - 12/06/2015, 15:00 WIB


KOMPAS - Resepsi pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dengan Selvi Ananda, Kamis (11/6), tidak hanya menjadi pesta kerabat dan tokoh elite yang menjadi kolega Presiden. Rakyat biasa, seperti tukang becak dan pedagang kaki lima, juga ikut "berpesta" menikmati rezeki dari hajatan anak Presiden itu.

Syahroni (57) bersama lebih dari 250 rekannya sesama pengayuh becak, sejak Kamis subuh, sudah bersiap di dekat lapangan sepak bola Banyuanyar, Banjarsari, Solo. Lapangan tersebut menjadi tempat parkir mobil tamu undangan yang menghadiri pernikahan Gibran-Selvi.

Syahroni dan teman-temannya disewa untuk mengantarkan tamu dari lapangan sepak bola itu ke Graha Saba Buana yang menjadi tempat akad nikah dan resepsi. Jarak dua tempat itu sekitar 1 kilometer. Gedung Graha Saba Buana adalah milik Jokowi dan berada tak jauh dari kediaman pribadi Jokowi.

"Alhamdulillah ikut kecipratan rezeki," kata Syahroni. Oleh pengurus paguyuban tukang becak yang dihubungi panitia pernikahan, ia dijanjikan akan mendapat bayaran Rp 150.000-Rp 250.000 untuk jasa bolak-balik mengantar tamu.

Rezeki juga dirasakan pedagang makanan di sekitar Graha Saba Buana yang ada di Jalan Letjen Suprapto. Tidak kurang dari 20 pedagang di tempat itu dikontrak untuk menyediakan makanan gratis selama berlangsungnya akad nikah dan resepsi. Wartawan dan petugas keamanan yang berjaga di sekitar tempat itu bebas menikmati makanan yang dijual pedagang di sana, antara lain siomay, ayam bakar, gado-gado, dan kupat tahu.

Suparman (47), penjual kupat tahu, mengaku dikontrak perusahaan katering Chili Pari milik Gibran untuk menyediakan 1.100 porsi pada Selasa-Kamis. Dengan harga per porsi Rp 9.000, total penjualan yang diperolehnya hampir Rp 10 juta.

"Mas Gibran merasa tidak enak kalau pendapatan pedagang di sini berkurang karena jalanan ditutup. Pedagang di sekitar sini yang tidak dikontrak juga diberi kompensasi Rp 1 juta," katanya.

Meramaikan

Hiruk pikuk pernikahan Gibran-Selvi mulai terasa sejak Selasa (9/6), saat digelar prosesi adat tembungan. Dalam prosesi itu, keluarga Presiden bertandang ke rumah calon mempelai perempuan untuk melamar. Hari berikutnya digelar prosesi siraman di rumah setiap mempelai. Malam harinya, dilanjutkan dengan midodareni di rumah mempelai perempuan.

Lebih dari 1.000 relawan pendukung Jokowi saat pemilihan presiden lalu ikut datang meramaikan midodareni ini. Mereka berasal dari sejumlah pulau di Tanah Air. Sebagian besar dari mereka datang dengan biaya sendiri dan untuk penginapan difasilitasi di Asrama Haji Donohudan, Boyolali.

Hajatan putra Presiden ini mencapai puncaknya pada Kamis pagi saat dilangsungkan akad nikah serta siang dan malam hari saat resepsi di Graha Saba Buana. Saat akad nikah, Gibran berangkat dari rumah menuju Graha Saba Buana dengan berjalan kaki, didampingi Presiden Jokowi dan Ny Iriana. Adapun Selvi yang didampingi orangtuanya, Didit Supriyadi dan Sri Partini, berangkat dari rumahnya menggunakan kereta kuda. Kereta yang ditarik dua kuda itu milik Presiden Jokowi dan pernah digunakan saat pelantikan sebagai Presiden.

Begitu tiba di Graha Saba, kedua mempelai langsung melakukan prosesi akad nikah yang dipimpin Kepala Kantor Urusan Agama Banjarsari Mukhtaroji. Tampak di antara tamu yang datang di akad nikah itu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh, dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.

Seusai akad nikah langsung digelar resepsi di tempat yang sama. Resepsi ini tidak hanya dihadiri tokoh nasional dan kerabat mempelai, tetapi juga khalayak umum, seperti pedagang kaki lima dan tukang becak. Mereka dipilih dan diundang oleh Gibran.

Ikut senang

Tokoh-tokoh nasional, pejabat negara, pimpinan partai politik, menteri, dan perwakilan negara sahabat menghadiri resepsi itu pada malam harinya. Di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua DPR Setya Novanto, Ketua DPD Irman Gusman, mantan Wapres Boediono, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Sementara di luar gedung banyak juga warga Solo dan sekitarnya yang datang ke Graha Saba. Meski tidak diundang dan tidak bisa masuk ke lokasi resepsi, mereka bisa menyaksikan hajatan itu dari dua layar lebar yang tersedia di pagar Graha Saba.

"Ingin nonton, ikut merasakan kebahagiaan pengantin. Tidak bisa masuk tidak apa-apa, saya sudah cukup senang bisa melihat siapa-siapa tamunya yang datang," kata Jinutiani (37), warga Sumber Krajan, Solo, yang datang membawa anaknya yang masih kecil. Ia sengaja membawa makanan ringan dan minuman dari rumah untuk berjaga-jaga agar tidak kelaparan.

"Melihat dari jalan saja sudah ikut senang. Saya ikut mendoakan agar mempelai bahagia," kata Tata (60), warga lainnya.

Masal Woto Asmorodi (50), warga Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, juga tidak mau ketinggalan mengikuti hajatan putra Presiden. Masal adalah pengayuh becak yang menjelang pelantikan Presiden Jokowi pada Oktober 2014 menempuh perjalanan selama satu minggu dari Solo menuju Jakarta dengan menggunakan becaknya. Hal itu ia lakukan sebagai dukungan moril bagi Presiden Jokowi.

"Saya hanya ingin ikut bergembira dengan pernikahan putra Pak Jokowi," kata Masal saat ditemui di luar pagar Graha Saba karena tidak bisa ikut masuk. (son/why/nut/wen)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juni 2015, di halaman 5 dengan judul "Pesta Rakyat di Hajatan Anak Presiden".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Nasional
Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Nasional
Kisah VoB: Pernah DO, Manggung di Glastonbury, dan Kritiknya ke Dunia Pendidikan Kita

Kisah VoB: Pernah DO, Manggung di Glastonbury, dan Kritiknya ke Dunia Pendidikan Kita

Nasional
Soal Peluang Nasdem Dukung Anies di Jakarta, Ahmad Ali: Hanya Allah dan Surya Paloh yang Tahu

Soal Peluang Nasdem Dukung Anies di Jakarta, Ahmad Ali: Hanya Allah dan Surya Paloh yang Tahu

Nasional
Safenet: Kalau 'Gentleman', Budi Arie Harusnya Mundur

Safenet: Kalau "Gentleman", Budi Arie Harusnya Mundur

Nasional
Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

Nasional
Haji, Negara, dan Partisipasi Publik

Haji, Negara, dan Partisipasi Publik

Nasional
Tak Percaya Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Pilkada DKI, Zulhas: Kapan Ketemunya? Tahu dari Mana?

Tak Percaya Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Pilkada DKI, Zulhas: Kapan Ketemunya? Tahu dari Mana?

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Sedang Haid Tidak Wajib Ikuti Tawaf Wada'

Kemenag: Jemaah Haji Sedang Haid Tidak Wajib Ikuti Tawaf Wada'

Nasional
Safenet: Petisi Tuntut Menkominfo Mundur Murni karena Kinerja, Bukan Politik

Safenet: Petisi Tuntut Menkominfo Mundur Murni karena Kinerja, Bukan Politik

Nasional
Pakar: PDN Selevel Amazon, tapi Administrasinya Selevel Warnet

Pakar: PDN Selevel Amazon, tapi Administrasinya Selevel Warnet

Nasional
Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

Nasional
PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

Nasional
Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada 'Back Up', Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada "Back Up", Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com