Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan Wapres Jusuf Kalla Terkait Kriminalisasi KPK dan Pendukungnya

Kompas.com - 09/03/2015, 20:12 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menepis anggapan yang menilai sikapnya berseberangan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang meminta pemberhentian kriminalisasi antarlembaga hukum. Kalla menegaskan bahwa ia tidak pernah mendukung kriminalisasi terhadap lembaga atau siapa pun.

"Jangankan KPK, siapa pun tidak boleh dikriminalisasi, termasuk KPK," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (9/3/2015).

Menurut dia, kriminalisasi berbeda dengan proses hukum normal. Bukan berarti orang yang ditetapkan sebagai tersangka lantas bisa disebut dikriminalisasi.

"Kriminalisasi apabila ada orang yang dianggap tidak bersalah kemudian diajukan ke polisi, nah itu kriminalisasi. Tetapi, kalau ada orang punya data, fakta, ada yang mengusulkan dia bersalah kemudian dia diperiksa, itu kan namanya penyidikan," papar Kalla.

Terkait dengan proses hukum terhadap para pendukung KPK, termasuk mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Denny Indrayana, Kalla menegaskan bahwa ia hanya meminta Denny menjalani proses hukum di kepolisian. (Baca: Denny Berharap Polri Patuhi Perintah Jokowi Terkait Kriminalisasi KPK dan Pendukungnya)

"Saya katakan kalau Denny dianggap salah jelaskan, dong. Saya tidak katakan saya setuju kriminalisasi, enggak ada. Tetapi juga saya tidak setuju, jangankan KPK, siapa saja termasuk Anda (jurnalis) kalau dikriminalisasi, lapor sama saya untuk saya tanya polisi," ujar dia.

Demikian juga yang berkaitan dengan somasi Bareskrim Polri terhadap Komnas Hak Asasi Manusia. Politikus Partai Golkar ini menilai sah-sah saja jika Bareskrim melayangkan somasi terhadap Komnas HAM. (Baca: Jusuf Kalla Sarankan Denny Indrayana Ikuti Proses Hukum di Kepolisian)

"Tapi kalau ada orang keberatan akan tingkah laku seseorang, ya itu kan disomasi atau diadukan. Itu dalam hukum Indonesia sah-sah saja," kata Kalla.

Somasi ini dilayangkan Bareskrim Polri terkait pernyataan Komisioner Komnas HAM dan rekan-rekan yang menyimpulkan bahwa ada dugaan kriminalisasi KPK yang merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan Polri.

Terkait kriminalisasi, Tim Sembilan berencana menemui Kalla. Pertemuan itu bertujuan menyamakan persepsi terkait situasi hukum yang terjadi serta menghindari upaya pihak lain yang ingin mengadu domba Presiden dan Wakil Presiden.

Wakil Ketua Tim Sembilan Jimly Asshiddiqie menuturkan, pihaknya akan berdialog dengan Kalla untuk memastikan bahwa pernyataan itu tidak berseberangan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang meminta pemberhentian kriminalisasi antarlembaga hukum. Diharapkan, kata Jimly, dialog itu mampu menyamakan persepsi mengenai kondisi penegakan hukum, terutama dugaan kriminalisasi terhadap KPK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com