Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Tak Melulu Teknologi Komunikasi

Kompas.com - 03/02/2015, 21:36 WIB
advertorial

Penulis

Mendengar kata Telkom jadi ingat telepon seluler? Internet? Telepon rumah? Cloud computing, data center serta aneka layanan modern berbasis teknologi informasi lainnya?

Rasanya itu semua betul adanya! Namun terbayangkah Anda, pernahkah kita tahu banyak, apabila Telkom pun ternyata menjadi induk utama dari hampir 10.000 siswa pada 31 TK dan playgroup, 1 SD, 1 SMP, 3 SMK pariwisata, dan 7 SMK Telkom? 

Angka sejumbo ini pun didapatkan dengan sebaran tak kalah hebat. Sebab,ada 32 kota di Indonesia yang terbentang dari terbarat (Pematang Siantar, Sumut) hingga paling timur (Jayapura, Papua) yang menjadi lokasi sekolah dasar hingga atas tersebut.  

Fakta inilah yang mungkin selama ini terlewati, namun melalui Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) dan Yayasan Sandhykara Putra Telkom (YSPT), seluruh dedikasi pembangunan bangsa ini dilakukan. 

Bahkan, bukan barang sebentar, bukan lagi hitungan tahun-tahunan. Untuk yang paling awal didirikan, yakni Taman Kanak-kanak, sudah berdiri di Buahbatu, Kota Bandung, serta Dayeuhkolot dan Rancaekek, Kabupaten Bandung, sejak tahun 1977 lalu. Alias telah eksis sejak 35 tahun silam. 

PT Telekomunikasi Indonesia sejak tahun 1970-an, sejak belum ramai konsep corporate social responsibility ataupun good corporate citizen seperti diterapkan banyak perusahaan, sudah menyadari sekaligus melaksanakan hal tersebut.  

Selain mendirikan TK di Kota dan Kabupaten tahun 1977 tadi, pada tahun 1979 terjadi pembagian pengelolaan sekolah-sekolah Persatuan Istri Karyawan (Periska) Postel, di mana 4 TK Aset Perum Pos dan Giro diserahkan ke Dharma Wanita Perum Pos & Giro. 

Kemudian 9 TK dan 2 SD aset Perumtel diserahkan kepada Dharma Wanita Perum Telekomunikasi. Rintisan yang sudah demikian banyak ini akhirnya digenapkan dengan pendirian YSPT pada 17  Januari  1980 dengan  Akte  Notaris  Masri  Husen, S.H., Nomor  142  di Bandung. 

Pendirinya kala itu adalah istri-istri karyawan aktif Perumtel kala itu. Mereka-lah yang punya energi besar berkontribusi mendidik, bukan hanya ke keluarganya masing-masing, namun juga kepada masyarakat Indonesia keseluruhan.  

Para pendirinya antara lain Ny. Elisabeth Willy Moenandir, Ny. Zoraida Suyatno, Ny. Jiek Retno Adiarso, Ny. Sridadi Soemarno, Ny. Hj. Elly Idris Adjam  (Alm), Ny. Soewasih Oka (Alm), Ny. Hafizah Hosen (Alm), dan banyak lagi. 

Kala itu, pertimbangan pendirian sekolah karena sebagian besar karyawan PT.Telkom yang disebar ke daerah-daerah adalah karyawan yang masih berusia muda dan masih memiliki putra putra masih kecil dalam rentang usia taman kanak-kanak. 

Karenanya, dengan dukungan perusahaan, para istri karyawan berinisiatif mendirikan taman kanak-kanak yang mereka kelola sendiri dan diperuntukan untuk putra-putrinya, jika kapasitasnya berlebih maka dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat sekitar yang membutuhkannya. 

Berhubung kantor Telkom tersebar se-Indonesia, maka proses pendirian bisa dilakukan masif dan tersebar.  Jika niat awalnya sederhana, dan berjalan demikian mengalir, maka seiring waktu gerak operasinya kian tajam. 

Pendirian TK-TK segera berlangsung pesat di puluhan kota di Indonesia dalam 11 tahun keberadaannya. Tahun 1981 dilakukan penggantian sekolah aset Perumtel dari “Sekolah Periska Postel” menjadi “Sandhy Putra”, pembentukan perwakilan YSPT, dan TK Sandhy Putra Cibeureum berdiri. 

Kemudian tahun 1983 berdiri TK Sandhy Putra Singaraja, tahun 1984 (TK Sandhy Putra Jambi), tahun 1985 (TK Sandhy Putra Magelang), tahun 1986 (TK Sandhy Putra Medan, Bogor, Pasuruan, dan Ende). 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com