Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P: Permainan Tingkat Elite, KPK Kurang Hormati Presiden

Kompas.com - 14/01/2015, 15:17 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, menyayangkan keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memberikan status tersangka terhadap calon kapolri Komjen Budi Gunawan. Menurut Trimedya, KPK tidak menghargai surat Presiden Joko Widodo dan proses politik yang berjalan di DPR.

Trimedya menduga kuat adanya rekayasa di balik penetapan tersangka terhadap Budi dari KPK. Ia mengaku, hal itu semakin kuat setelah Budi menyampaikan adanya dugaan rekayasa saat mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR. (Baca: Budi Gunawan: Ini Pembunuhan Karakter!)

"Permainan tingkat elite. KPK kurang hormati surat Presiden (calonkan Budi Gunawan) dan proses di DPR," kata Trimedya, di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/1/2015).

Ketua Bidang Hukum DPP PDI-P itu melanjutkan, Fraksi PDI-P akan menanyakan langsung kepada KPK yang terkesan tebang pilih dalam memberikan status tersangka. Trimedya tidak ingin pergantian pimpinan Polri direkayasa oleh pihak-pihak yang tidak ingin Budi menjadi kepala Polri. (Baca: KPK Sengaja Tahan Diri Ungkap "Rapor Merah" Budi Gunawan)

"Ada yang punya kepentingan dalam penetapan Budi jadi kapolri. Ada kelompok tertentu yang tidak ingin Budi jadi kapolri, bisa internal atau eksternal, setiap suksesi pasti ada permainan," ujarnya.

Ketua KPK Abraham Samad sebelumnya mengatakan, KPK telah memberi peringatan kepada Presiden bahwa Budi Gunawan memiliki catatan merah. Hal tersebut, kata Abraham, disampaikan saat Presiden Jokowi menyerahkan sejumlah nama calon menteri untuk ditelusuri rekam jejaknya. (Baca: KPK Sudah Ingatkan Jokowi soal Catatan Merah Budi Gunawan)

Kepala PPATK Muhammad Yusuf juga mengaku sudah menjelaskan secara langsung kepada Presiden soal adanya dugaan tindak pidana yang dilakukan Budi Gunawan. Ia mengaku bingung mengapa Jokowi tidak melibatkan pihaknya dalam pemilihan calon kapolri. (Baca: Kepada Jokowi, Kepala PPATK Sudah Jelaskan Potensi Kasus Budi Gunawan)

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan, KPK selama ini menahan diri untuk berkomentar mengenai Budi. Ia khawatir jika pernyataan KPK akan mengganggu jalannya penyelidikan. (Baca: KPK Sengaja Tahan Diri Ungkap "Rapor Merah" Budi Gunawan)

KPK menjerat Budi Gunawan sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi penerimaan hadiah atau janji. Kasus itu, menurut KPK, terjadi saat Budi menjabat Kepala Biro Pembinaan Karier SDM Mabes Polri periode 2004-2006.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com