Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasakan Perjuangan Penyelam di Lautan Karimata

Kompas.com - 12/01/2015, 09:10 WIB
Ihsanuddin

Penulis


PANGKALAN BUN, KOMPAS.com — Tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut telah berhasil menemukan dan mengangkat bangkai ekor pesawat AirAsia QZ8501 dari dasar laut di Selat Karimata, dekat pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Proses penemuan dan pengangkatan ini tentunya tidak semudah yang dibayangkan.

Penyelam yang berasal dari Komando Pasukan Katak, Marinir, dan Dinas Selam Bawah Air sudah mulai melakukan penyelaman pada Minggu (4/1/2015) dan baru berhasil mengangkat ekor pesawat pada Sabtu (9/1/2015) lalu. Ada sejumlah tahap dan rintangan yang harus dilalui oleh para penyelam yang berjumlah 57 orang ini.

Pada Sabtu siang, setelah proses pengangkatan ekor pesawat ke kapal Crest Onyx berhasil dilakukan, saya—reporter Kompas.com, Ihsanuddin—turut merasakan sebagian kecil kesulitan yang dirasakan oleh para penyelam selama ini. Saya yang sedang berada di KRI Banda Aceh hendak melihat dan mendokumentasikan dari dekat seperti apa bentuk ekor pesawat yang sempat hilang kontak pada 28 Desember lalu itu.

Saya dan beberapa awak media lain pun akhirnya memutuskan untuk berpindah dari KRI Banda Aceh ke kapal Crest Onyx yang berjarak sekitar 500 meter dengan menggunakan perahu karet.

Ombak yang tinggi langsung menyambut saya ketika menginjakkan kaki di atas perahu karet. Dari KRI Banda Aceh yang berukuran sangat luas, ombak memang cukup terasa menggoyangkan kapal, tetapi tidak terlihat tinggi menjulang.

KOMPAS.com / IHSANUDDIN Tim penyelam gabungan dari TNI Angkatan Laut memeriksa bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 di dek kapal Crest Onyx milik SKK Migas, di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/1/20150
Saya tiba-tiba merasa seperti yang tergambar dalam film Life of Pie, terombang-ambing di tengah lautan mahaluas dengan hanya menggunakan sebuah kapal berukuran kecil.

Bedanya, saat itu saya ditemani oleh tiga pasukan penyelam terlatih yang bisa menyelamatkan saya jika terjadi hal yang tidak diinginkan, bukan harimau yang justru makin membahayakan nyawa saya.

"Oh begini ternyata ombak setinggi empat meter, ternyata beneran ya. Kalau dari atas kapal (KRI Banda Aceh), kelihatannya ombaknya kecil," ujar saya kepada para penyelam, yang hanya dibalas senyum oleh mereka.

Sesekali, ombak sangat besar masuk menghantam bagian dalam perahu karet dan seisi penumpangnya. Untungnya, saya dan teman-teman wartawan lainnya sudah diperingatkan untuk membungkus kamera kami dengan kantong plastik.

Perjalanan dari KRI Banda Aceh menuju kapal Crest Onyx yang hanya berjarak 500 meter terasa sangat lama. Setiap meter perahu karet melaju, setiap meter itu pula ombak datang menghantam.

"Wah, gila ombaknya, kapal Crest Onyx sampai enggak kelihatan," kata Azhari, salah satu juru kamera televisi nasional.

Anak tangga dari kayu

Ombak memang menjadi hambatan tersendiri bagi penyelam untuk bergerak bebas di permukaan air dengan perahu karet mereka. Namun, menurut saya, bagian paling berisiko adalah menaiki anak tangga dari kayu yang dijuntaikan dari lantai tiga KRI Banda Aceh ke perahu karet yang menunggu di atas permukaan air.

Dari awal, Komandan Gugus Kemanan Laut Barat Laksma TNI Abdul Rasyid sudah mengingatkan saya dan wartawan lain untuk membatalkan niat menyeberang ke kapal Crest Onyx karena anak tangga itu.

"Berbahaya itu, coba lihat dulu  tangganya, berani atau enggak? Jangan sampai kita men-SAR wartawan juga," kata Rasyid.

Beberapa awak media akhirnya mundur setelah mendengar peringatan dari Rasyid. Pengamanan tambahan juga diberikan berupa tali yang dicantolkan ke bagian pelampung saya.

Namun, perasaan takut dan deg-degan tetap ada karena angin yang kencang membuat anak tangga bergoyang cukup kuat ke kiri dan kanan. Setelah mencapai anak tangga bagian bawah, saya juga harus sedikit meloncat kecil perahu karet karena ombak yang kencang membuat perahu tersebut tidak bisa diam di tempatnya.

Untungnya, salah satu penyelam sudah siap untuk menyambut saya yang hampir terpeleset di perahu karet. Turun-naik anak tangga dari kayu dan terombang-ambing di lautan ombak dengan perahu karet tentunya hanya sebagian kecil rintangan yang harus dilalui penyelam setelah menyelam ke dalam air.

Perjuangan penyelam

Dua rintangan yang sudah saya lewati seakan terbayarkan saat saya menjejakkan kaki ke kapal Crest Onyx. Saat saya menginjakkan kaki di anak tangga, cukup terasa bahwa tangga ini sebenarnya kokoh dan aman. Selama berpegangan kuat ke tali dan tidak terlepas, maka saya tidak akan jatuh ke air.

Bangkai ekor pesawat AirAsia sepanjang 7 meter bisa saya lihat dan saya ambil gambarnya dengan jelas. Saat melihat ekor itu, terlintas pula perjuangan para penyelam yang tidak hanya menemukan, tetapi juga berhasil mengangkat ekor pesawat itu. Meskipun demikian, keberadaan black box atau kotak hitam di ekor pesawat itu masih dipertanyakan.

"Begitu pesawat itu terangkat, wah legalah rasanya. Kita di perahu karet langsung pelukan, terharu akhirnya berhasil juga," cerita Kapten Wido Dwi, Komandan Tim Kopaska.

KOMPAS.com / IHSANUDDIN Panglima TNI Jenderal Moeldoko memeriksa langsung temuan ekor pesawat AirAsia QZ8501 saat diangkat ke kapal Crest Onyx di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/1/2015).
Kerja keras dan perjuangan selama dua minggu ini, kata Wido, semakin lengkap karena Panglima TNI juga langsung menuju kapal Crest Onyx untuk mengecek langsung ekor pesawat dan memberikan selamat kepada tim penyelam.

"Rasanya beda kalau Panglima TNI langsung yang mengunjungi," ujarnya.

Panglima ikut merasakan

Moeldoko yang juga naik perahu karet dari KRI Banda Aceh ke kapal Crest Onyx rupanya ikut merasakan bagaimana prajuritnya sudah bekerja keras dalam operasi SAR ini.

Dia akhirnya mengerti penyelaman tidak bisa dilakukan dengan mudah.

"Saya merasakan apa yang dilakukan prajurit melewati rintangan. Saya coba dari Banda Aceh ke Crest Onyx, ombaknya luar biasa," ujar Moeldoko, masih dengan bajunya yang basah terhantam ombak.

Moeldoko pun berterima kasih kepada seluruh tim, khususnya kepada para penyelam. Moeldoko menjanjikan mereka akan mendapat kenaikan pangkat.

"Saya atas nama negara memberikan kenaikan pangkat kepada kalian semuanya, kerja kalian luar biasa," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Safenet: Kalau 'Gentleman', Budi Arie Harusnya Mundur

Safenet: Kalau "Gentleman", Budi Arie Harusnya Mundur

Nasional
Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

Kemenag: Jumlah Jemaah Haji Wafat Capai 316 Orang

Nasional
Haji, Negara, dan Partisipasi Publik

Haji, Negara, dan Partisipasi Publik

Nasional
Tak Percaya Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Pilkada DKI, Zulhas: Kapan Ketemunya? Tahu dari Mana?

Tak Percaya Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Pilkada DKI, Zulhas: Kapan Ketemunya? Tahu dari Mana?

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Sedang Haid Tidak Wajib Ikuti Tawaf Wada'

Kemenag: Jemaah Haji Sedang Haid Tidak Wajib Ikuti Tawaf Wada'

Nasional
Safenet: Petisi Tuntut Menkominfo Mundur Murni karena Kinerja, Bukan Politik

Safenet: Petisi Tuntut Menkominfo Mundur Murni karena Kinerja, Bukan Politik

Nasional
Pakar: PDN Selevel Amazon, tapi Administrasinya Selevel Warnet

Pakar: PDN Selevel Amazon, tapi Administrasinya Selevel Warnet

Nasional
Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

Nasional
PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

Nasional
Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada 'Back Up', Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada "Back Up", Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

Nasional
Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

Nasional
“Saya kan Menteri...”

“Saya kan Menteri...”

Nasional
Zulhas Sempat Kecewa PAN Hanya Dapat 48 Kursi DPR RI pada Pemilu 2024

Zulhas Sempat Kecewa PAN Hanya Dapat 48 Kursi DPR RI pada Pemilu 2024

Nasional
Politikus PDI-P Ingatkan Pemerintah Hati-hati dalam Penegakan Hukum

Politikus PDI-P Ingatkan Pemerintah Hati-hati dalam Penegakan Hukum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com